Ketika kekesalan akan demokrasi diarahkan dengan ancaman menggergaji konstitusional, Sandi menjadi orang pertama yang terlihat mengontrol dan memastikan itu tidak akan terjadi. Terakhir, kritik-kritik yang serampangan menjadi tertata melalui pernyataan-pernyataannya.
***
Seni ini dimainkan Sandi hingga saat ini dengan begitu apiknya. Semua pengamat tahu bahwa sebelum hasil 22 Mei, seorang politisi yang mampu membaca perkembangan politik sudah harus bersiasat lebih dini untuk kepentingannya sebelum itu.
Kita bisa memperkirakan bahwa apa yang dilakukan Sandi sekarang bukan untuk 2019, tapi untuk 2024.
Meski Sandi tahu bahwa kubunya akan tetap kalah, tapi Sandi tetap mempertahankan militansinya untuk tetap menjaga relawan setianya. Â Sandi ingin mencitrakan diri sebagai seorang politisi yang taat konsitusional, tetap terlihat militan sebelum perjuangan selesai, demi sebuah citra sebagai calon pemimpin yang baik untuk 2024.
Isi kedekatannya dengan PAN  dan akan menjadi anggota partai menguatkan asumsi-asumsi ini. Sesudah itu terjadi, Sandi  mungkin akan menyebrang ke Kubu Jokowi.
Kemungkinan-kemungkinan itu perlahan bukan saja mentransformasi  Sandiaga Uno  sebagai seorang politisi yang elegan tapi juga cerdik dan berpengalaman.
Pengalaman yang akan mendongkrak dirinya sehingga  menjadi magnitude bagi pemilih yang mendambakan figur pemimpin muda yang mampu membawa kesejahteraan dan keadilan sosial bagi segenap tumpah darah Indonesia di masa depan.  Apalagi di 2024, Jokowi bukan lawannya lagi, Prabowo mungkin sudah terlalu tua dan popularitasnya akan menurun.Â
Sandiaga sudah mulai bergerilya dari sekarang.Â
Kita perlu menunggu seberapa cakap Sandi terus memainkan seni politik kemungkinan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H