Meninggalkan PSSI dalam keadaan seperti ini ibarat seorang komandan Batalyon yang membiarkan anak buahnya tewas di medang pertempuran  dan dia sendiri lari menyelamatkan diri.
Situasi ini hampir sama dengan salah satu scene dalam film terkenal Forrest Gump yang menggambarkan tentang sosok Letnan Dan.
Letnan Dan (Gary Siniese) dan Forrest (Tom Hanks) Â sama-sama bertugas di Vietnam. Â Suatu saat mereka diserang oleh tentara Vietkong. Letnan Dan yang adalah komandan Batalyon terkena bom dan sekarat.
Forrest datang dan menggendong dan menyelamatkan Letnan Dan. Â Letnan Dan marah dan kecewa terhadap Forrest karena telah menyelamatkannya.
Bagi Letnan Dan, mati di medan pertempuran  lebih berharga daripada keluar dari medan perang saat banyak anak buahnya yang tewas.
Seorang komandan tidak meninggalkan medan saat perang, mestinya seperti seorang nahkoda yang memastikan kapal telah aman melewati badai besar di samudera.
Lalu apa yang sebenarnya dapat dilakukan Edy Rahmayadi sebelum mengundurkan diri?
Menyimak yang dikatakan Budiarto, maka paling tidak ada dua hal penting yang dapat dilakukan Edy saat kongres lalu, yaitu pembenahan dan penggantian anggota Exco  serta mengawal terjadi kesepakatan untuk melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) sesegera mungkin sesudah kongres selesai.
Untuk penggantian atau pembenahan Exco, ini sesuatu yang mendesak, bahkan diwacanakan sebelum Kongres terlaksana. Hal ini disebabkan anggota exco, Johar Lin En, Â dijadikan tersangka kasus dugaan pengaturan skor.
Selain itu, PSSI sendiri telah menyatakan anggota Exco yang lain, Hidayat, telah bersalah dengan dugaan serupa dan telah memberikan hukuman lewat Komisi Disiplin PSSI.
Sebelum mundur, Edy dapat memastikan agenda ini dapat terlaksana. Sebagai Ketum PSSI, Edy dapat meminta voters, para anggota yang memiliki hak suara, untuk memberikan pendapat mereka tentang kinerja  Exco.