Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Tangisan dan Tuduhan Suap kepada Pemain Persib

20 November 2018   22:06 Diperbarui: 21 November 2018   10:47 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah masih ada suap di sepak bola Indonesia : Gambar : cyprus.mall

Saya sendiri sudah bicara langsung dengan Supardi, Ardi, termasuk Hariono. Mereka sampai menangis mengadu ke saya. Mereka sangat sakit (atas tudingan itu). Main 30 kali, satu kali kalah, masa dibegitukan (dituding). Itu semua tidak benar," kata manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar.

Di tengah penampilan timnas Indonesia yang sedang goyah di Piala AFF 2018, sepak bola Indonesia mendapat cobaan. Menjelang akhir kompetisi Liga 1 maupun Liga 2, isu akan tuduhan adanya pengaturan skor atau suap pada pemain sepak bola terdengar kuat. Khususnya pada pemain Persib Bandung.

Dilansir dari berbagai media, kekalahan beruntun yang dialami oleh Persib Bandung menjadi akar penyebab muncul isu tak sedap ini, terutama saat dikalahkan oleh PSMS Medan, 0-1 pada 9 November lalu.

Sesudah kekalahan tersebut, asisten pelatih Fernando Soler dan pelatih Mario Gomez akhirnya menilai empat pemain Persib, Supardi Nasir, Ardi Idrus, Ghozali Siregar dan Eka Ramdani telah menerima suap.

Terendus media, manajemen Persib berusaha membela diri. Manajer Persib, Umuh Muchtar bahkan mengatakan bahwa tuduhan ini adalah sebuah fitnah. Umuh juga telah mengusahakan agar Fernando Soler dapat menyelesaikan masalah internal tersebut dengan para pemain.

Umuh bahkan mengatakan bahwa para pemain yang dituduhkan itu amat terpukul. Umuh juga mengatakan akan berusaha membersihkan nama pemain yang dituduhkan tersebut.

"Saya sendiri sudah bicara langsung dengan Supardi, Ardi, termasuk Hariono. Mereka sampai menangis mengadu ke saya. Mereka sangat sakit (atas tudingan itu). Main 30 kali, satu kali kalah, masa dibegitukan (dituding). Itu semua tidak benar," ujar Umuh Muchtar.

Selain itu, Umuh juga berusaha membereskan hubungan antara Fernando Soler dan para pemain terkait.

"Sudah barusan, Soler bilang di mana. Saya bilang tanya saja Supardi tanya aja Ardi. Kamu (Soler) telepon Ardi, telepon Supardi," kata pria yang akrab dipanggil dengan Pak Haji ini.

Setelah sepertinya akan reda, api tuduhan suap ini malah bertambah besar. Semua itu dimulai dengan tuduhan bahwa manajemen sendiri yang memberikan uang pada beberapa pemain sehingga tampil seadanya. Umuh mengatakan bahwa tidak mungkin melakukan itu.

Namun hari ini menurut berita Kompas.com, Umuh mengakui bahwa manajemen memang menjanjikan uang kepada pemain sebelum laga kontra PSMS Medan.

Uang untuk apa? Menurut Umuh, uang itu adalah bonus, agar para pemain termotivasi saat melawan PSMS Medan.

"Manajemen memberi bonus dobel, saya juga memberi bonus tambahan karena saya pikir kami masih memiliki peluang untuk juara. Cuma orang gila yang meminta timnya kalah," ujar Umuh.

Di akhir wawancara, Umuh menuding ada pihak-pihak lain yang menuduh para pemain menerima suap namun sebenarnya mereka yang melakukan suap tersebut.

Di tengah isu ini, mantan gelandang Persib, Miljan Radovic dipanggil untuk mengisi jabatan direktur teknik klub.

***

Saya tentu berharap bahwa isu ini disikapi dengan serius. Alangkah menyakitkan bagi raga sepak bola kita karena jiwa ternoda perbuatan tercela ini.

Jika ditanya apakah isu suap ini dapat menjadi kebenaran atau tidak, maka saya akan menjawab bahwa kita tidak perlu munafik untuk mengatakan bahwa iklim sepak bola kita amat rentan melakukan hal tersebut.

Salah seorang mantan pengatur pertandingan di sepak bola Indonesia, Bambang Suryo bahkan kembali blak-blakan mengatakan bahwa praktik curang tersebut masih terjadi di sepak bola Indonesia saat ini. 

Suryo bahkan mengatakan masih ada tokoh sepak bola terkenal di dunia sepak bola dalam negeri sebagai salah satu aktornya.

"Semua harus dibenahi, pola pikir, kultur, dan ideologi PSSI. Jangan sampai kita dijajah kaum imperialis," ujar Suryo.

Bambang Suryo sendiri pada 2015 dijatuhkan hukuman oleh Komisi Disiplin PSSI dengan dilarang beraktivitas dalam kegiatan yang terkait sepak bola di lingkungan PSSI seumur hidup.

Jika kita ingat, Bambang yang dikenal dengan inisial BS ini pernah menghebohkan sepak bola Indonesia dengan rekaman yang diklaimnya sebagai bandar judi Malaysia usai Timnas Indonesia U-23 tersingkir di SEA Games 2015.

Sepak bola gajah PSIS versus PSS Sleman, sejarah kelam sepak bola nasional I Gambar : Tribunnews
Sepak bola gajah PSIS versus PSS Sleman, sejarah kelam sepak bola nasional I Gambar : Tribunnews
Di tahun yang sama (2015), hukuman terhadap kasus "sepak bola gajah" antara PSIS dan PSS Sleman menjadi perhatian publik saat itu.

Dalam laga babak delapan besar Divisi Utama yang mempertemukan PSIS Semarang melawan PSS Sleman pada 24 Oktober 2015, yang dimenangkan oleh PSS dengan skor 3-2 itu, para pemain berlomba mencetak gol ke gawang mereka sendiri, alias gol bunuh diri.

Peristiwa "sepak bola gajah" tersebut terjadi karena muncul instruksi agar menghindari tim kuat, Borneo FC, pada babak berikutnya. Tahun kelam bagi sepak bola Indonesia.

***
Di luar kebenaran yang dikatakan oleh Suryo, pada awal tahun ini saja dikutip dari Vice.com, mantan bek Persela Lamongan Kristian Adelmund asal Belanda, menuding sepak bola Indonesia tidak bisa lepas dari korup. Aldemund mengatakan pernah melihat bos (manajer) tim lawan membawa pistol ke ruang ganti wasit.

Meski masih harus diselidiki lebih mendalam yang dikatakan Aldemund, namun pengamat sepak bola Sirajudin Hasbi mengatakan bahwa yang dikatakan Aldemund bisa menjadi sebuah indikasi bahwa praktik suap dan pengaturan skor (match fixing) yang melibatkan klub, pemain dan pelatih masih menggurita di persepakbolaan Indonesia.

Menariknya adalah permainan para mafia atau bandar judi yang paling berkepentingan dengan hal ini selama ini dilakukan di kompetisi di divisi lebih rendah bukan kompetisi teratas seperti Liga 1.

Mengapa ini terjadi? Pada tahun 2013, media asing Al Jazeera bahkan mampu menjelaskan hal ini dalam laporan investigasinya bertopik, "State of The Game".

Berdasarkan pengakuan para "pemain", dikatakan bahwa banyak pemilik klub kasta kedua yang melakukan penyuapan terhadap wasit, dan memberi intruksi khusus kepada pelatih serta manajer tim soal rencana pengaturan skor. 

Hal itu ternyata sengaja dilakukan oleh pemilik klub-klub kasta kedua demi bisa promosi ke divisi teratas kompetisi sepak bola Indonesia.

Lalu jika dilakukan oleh pemain atau klub dari kompetisi teratas, maka ini berkaitan langsungn dengan kesejahteraan pemain (suap pada pemain) dan juga berhubungan dengan kepentingan menyelamatkan tim lain dari jeratan degradasi.

Menunggu Respon PSSI atas Menyeruak Isu Suap Ini

Saya tentu berharap bahwa PSSI atau Kemenpora harus mempersiapkan diri untuk serius menyikapi hal ini jikalau isu ini semakin tidak terkontrol atau mengarah pada kebenaran. Paling tidak ada 2 (dua) langkah yang diambil.

Pertama, melakukan investigasi terhadap pemain atau tim yang diperkirakan terlibat. Harus ada langkah proaktif dari PSSI untuk melakukan itu. Meski saya pribadi menyangsikan PSSI akan bergerak cepat.

Kedua, melakukan konferensi pers atau penjelasan secepatnya secara resmi setelah melakukan investigasi. Kebiasaan untuk membiarkan sebuah kasus berlarut-larut, seharusnya diubah demi kebaikan sepak bola nasional.

Secara pribadi, saya berharap isu suap ini hanyalah hoax dan seperti yang dikatakan oleh manajer Persib, Umuh Muchtar bahwa hanya sebuah fitnah untuk menyerang Persib. 

Mengapa? Saya tidak mau optimisme akan sepak bola nasional yang sedang bangkit terpatahkan karena hukuman yang membayangi jika terbukti benar.

Jika terbukti, dan FIFA turun tangan, maka PSSI terancam dibekukan, seperti yang pernah dialami pada 2015. 

Namun jika itu akhirnya hal itu terbukti benar terjadi dan ada sanksi hukum, maka saya pun harus siap menerima kenyataan bahwa reformasi sepak bola nasional kita belum melangkah lebih jauh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun