"Permisi, apakah saya boleh bertanya mengenai jabatan instruktur?"
"Silahkan mas..gimana?", Jawab saya. Ketika itu, saya masih bertanya-tanya apa maksud pertanyaan ini, dari seseorang yang bernama Fajar melalui chatting Instagram.
"Kemarin saya liat artikel mas di Kompasiana tentang Instruktur, jadi saya coba untuk hubungi lewat IG. Kebetulan saya sarjana Teknik Sipil, mau daftar CPNS Kemenaker tapi masih bingung instruktur ahli itu itu kesehariannya gimana? Apakah seperti  dosen atau ada kerjaan lain," tanya dia.
Sekarang semakin jelas. Fajar adalah seorang calon pelamar PNS yang ingin melamar formasi Instruktur .
Singkat cerita, saya lalu "berjanji" pada Fajar untuk membuat artikel lebih lengkap tentang Instruktur  sekaligus menjawab berbagai pertanyaan dari Fajar dan mungkin beberapa pelamar PNS lain yang membutuhkan informasi.
Pertanyaan pertama adalah apakah Instruktur itu sama dengan dosen atau gimana? Sebelum menjawabnya, saya akan menjelaskan sedikit tentang jabatan Instruktur yang dimaksudkan oleh Fajar.Â
Instruktur adalah salah satu jabatan fungsional yang ada di Kementrian Tenaga Kerja atau jika di daerah bergabung dengan Dinas Tenaga Kerja dan statusnya adalah PNS.
Di Kemenaker dikenal dengan Instruktur Latihan Kerja. Instruktur Latihan Kerja (ILK) bertugas untuk melatih para pencari kerja untuk memiliki ketrampilan tertentu sesuai dengan program pelatihan yang sesuai dengan Standar Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Dari penjelasan ini, kita bisa dapat mengerti perbedaan antara dosen dan Instruktur. Dosen mengajar mahasiswa, sedangkan Instruktur melatih pencari kerja.
Lalu pertanyaan berikut, tempat kerjanya Instruktur  dimana? Di Balai Latihan Kerja (BLK). Ketika zaman saya, para sarjana Teknik Sipil dan Teknik Arsitektur berpikir bahwa para Instruktur latihan kerja akan bekerja di Dinas Pekerjaan Umum (PU) atau sejenisnya, tetapi kami keliru karena ternyata kami akan bekerja di BLK.
Pertanyaan menarik lainnya adalah, bagaimana mau mengajar jika kita tidak tahu cara mengajar? Jangan kuatir, Â karena setelah lulus PNS dengan jabatan Instruktur, kita akan diarahkan untuk mengikuti Diklat Dasar (Dikdas) calon instruktur yang diselenggarakan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) di Balai Latihan Kerja milik Pemerintah Pusat.
Diklat dasar itu berlangsung kurang lebih selama 7 (tujuh) bulan yang terdiri dari empat bulan belajar dan berlatih soal teknik  sedangkan tiga bulan sisanya belajar metodologi mengajar yang cukup lengkap.
Saya akan sedikit menjelaskan apa yang akan dipelajari oleh seorang calon Instruktur jika berkaitan dengan teknik. Â
Contohnya Fajar, jika dia melamar sebagai Instruktur dengan latar belakang Teknik Sipil, maka dia akan diajarkan tentang teknik bangunan baik itu batu, kayu maupun baja ringan, selama tiga bulan. Di BLK akan masuk sebagai Instruktur di Kejuruan Bangunan.
Di Dikdas itu, memang bukan sekedar teori tetapi kebanyakan praktek dengan perbandingan 30 persen teori dan 70 persen praktek. Hal ini amatlah penting, karena belum tentu seorang Sarjana dapat mempraktekan sesuatu apabila di bangku universitas dia lebih banyak teori daripada praktek.
Pada zaman saya, saya belajar dan mempraktekan cara menggunakan mesin-mesin yang sebelumnya saya belum pernah gunakan, seperti mesim ketam kayu, gergaji pita, mesin router atau profil dan sebagainya.Â
Mengapa hal ini amat penting, karena jika melatih pencari kerja yang membutuhkan ketrampilan, sebagai seorang Instruktur kita harus memastikan bahwa kita juga berkompetensi dengan ilmu yang akan diberikan.
Berkaitan dengan metodologi selama empat bula ,  calon instruktur  akan diajarkan cara membuat program pelatihan, membuat modul pelatihan hingga menyajikan materi pelatihan.Â
Hal ini untuk membantu calon instruktur agar bukan saja mampu secara praktek  tetapi dapat juga mentransfer ilmunya dengan baik kepada peserta didik.
Teknis angka kredit yang harus dikumpulkan dapat dipelajari di Keputusan Menteri PAN No. 36 Tahun 2003. Meskipun pada awalnya memang agak ribet membacanya tetapi jika sudah terbiasa maka akan lebih mudah memahami teknis pengumpulan angka kredit tersebut.
Pertanyaan terakhir, apakah pekerjaan Instruktur itu menyenangkan? Kata menyenangkan soal pekerjaan itu sering dipengaruhi beberapa hal, faktor uang yang didapatkan atau sejenisnya.Â
Jika itu patokannya adalah itu, maka pekerjaan Instruktur mungkin jauh dari kebahagiaan. Seorang Sarjana Teknik Sipil mungkin harus berpikir tetap bekerja di swasta atau mungkin berharap bekerja di Dinas atau Kementrian Pekerjaan Umum (PU).
Tetapi jika ukurannya adalah membantu orang untuk mendapat ketrampilan sehingga hidupnya bisa lebih baik, maka pekerjaan Instruktur bisa jadi salah satu yang terbaik.Â
"Kepuasan bekerja sebagai instruktur tidak dapat diukur dari materi. Tetapi dari kepuasan para peserta pelatihan ketika mereka dapat belajar sesuatu dari kita", seringkali saya menjawab demikian jika ditanya pertanyaan seperti itu.
Jika dianggap terlalu klise, maka saya akan menjawab bahwa pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang kita senangi. Itu saja.
"Eh...mas, tulis juga dong tentang Everton. Itu klub kesayangan saya. Saya suka tulisan mas tentang Richarlison. Menarik" ujar Fajar, sesudah cukup puas dengan penjelasan saya.
"Haha...."
"Sudah tahu dia, bahwa Instruktur juga bisa menulis bola" kata saya dalam hati.Â
Semoga berhasil bro Fajar....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H