"Saya lama dengan tentara" katanya pelan memulai cerita.
"Ketika tentara mengejar gerakan separatis dan masuk ke hutan-hutan, sekitar periode 1975 hingga 1980-an. Saya di depan" katanya.
"Ikut berperang?" tanya saya.
"Penunjuk jalan" jawab Pak Ximenes.
Meski tak dapat membaca, paling tidak Ximenes muda paham akan medan dan dapat berbahasa daerah.
"Mereka (tentara) mempunyai sesuatu yang membuat kami harus menghindari sesuatu" katanya lagi.
"Kompas?" tanya saya.
"Ya itu..kompas" jawabnya. Meski saya berpikir yang dimaksudkannya adalah pendeteksi logam.
Pak Ximenes lantas bercerita tentang beberapa kilogram beras dan uang sekitar 10 ribu yang diberikan per beberapa bulan untuk upahnya sebagai penunjuk jalan di tengah hutan.Â
 Ximenes muda melihat tugasnya itu sebagai tugas kenegaraan sehingga dia tak terlalu memedulikan pendidikannya saat itu. Ximenes hanya tamatan SMP.
Sesudah keluar dari hutan, Ximenes lantas bergabung dengan Kodim. Bukan sebagai tentara tentunya, tetapi berdisiplin seperti tentara hingga diangkat sebagai PNS di Timor Timur.