Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kita dan Penjara Mewah

31 Juli 2018   17:43 Diperbarui: 1 Agustus 2018   08:20 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Paling tidak enak itu yaitu komunikasi dengan istri dan anak. Serba terbatas" kata Jimi yang menghuni penjara selaam 2,5 tahun.

Setiap momen itu menjadikan Jimi menjadi pribadi yang berubah sekarang. Dahulu, Jimi jarang berkomunikasi dengan istri dan anak. Namun, saat di penjara dan sesudah lepas dari penjara, Jimi semakin menyadari waktu dengan keluarganya menjadi sangat berkualitas.

"Di penjara, wajah Istri dan anak membayangi terus. Saya semakin rindu pada mereka. Di penjara, saya baru menyadari hal tersebut" cerita Jimi.

"Sekarang, saya ingin menebusnya" tutur Jimi yakin.

Bukan sekedar komunikasi dengan keluarga yang berubah, Jimi juga semakin bijak memaknai kehidupan.

"Hidup itu bukan sekedar untuk mencari kekayaan tetapi menjadi berkat untuk sesama" kata Jimi yang adalah seorang pengusaha.  

Kalimat yang bijak ini diungkapkan Jimi setelah menemui banyak sekali tahanan yang kehidupannya sangat sulit sehingga mencuri adalah cara terakhir untuk bertahan hidup.

"Bandingkan dengan kita bro...kita tidak kurang makan, hanya terkadang kita "mencuri" hanya untuk kesenangan kita. Mereka? Tak ada pilihan lain" cerita Jimi.

Jimi juga menceritakan tentang seorang pegawai negeri yang ditemuinya di sel penjara.

"Setiap hari dia menangis. Dia dibodohi atasannya dan akhirnya harus menandatangani sesuatu yang tidak dia mengerti. Kasihan, harus menghabiskan masa tuanya di dalam bilik penjara, untuk sesuatu yang tidak dilakukannya" kata Jimi.

"Lalu bosnya?" tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun