Meski diisi oleh banyak pemain muda, tim Ayam Jantan juga terisi oleh para pemain yang sudah memasuki usia emas. Antoine Griezman (27 tahun), Olivier Giroud (31 tahun), Blaise Matuidi (31 tahun) dan sang kapten, Hugo Lloris (30 tahun).
Meski lebih muda, namun dilihat dari profil kombinasi pemain muda dan senior, maka skuad 2018 mempunyai kesamaan dengan skuad 1998.
Banyaknya anggota skuad 1998 dan 2018 yang sudah berada di usia matang atau usia emas menarik untuk diamati. Pemain jenis ini mempunyai motivasi yang lebih berlipat. Para pemain yang sudah di atas 25 tahun akan berjuang dengan keras, karena menganggap bahwa Piala Dunia yang diikuti mereka saat itu bisa saja menjadi Piala Dunia terakhir mereka.
Hal ini berarti  sang pelatih Didier Deshchamps mempunyai PR besar untuk terus mendorong motivasi para pemain muda sama seperti pemain senior sembari mendukung Griezmann, Matuidi dan Lloris mampu menjadi motivator ulung bagi pemain muda saat sama-sama beraksi di lapangan.
Deschamps sebenarnya mempunyai modal yang lebih dari cukup untuk melakukan ini, karena ketika menjadi kampiun di Piala Dunia 1998, Deschamps menjadi anggota dari tim juara tersebut.
Tantangan Terbesar Bagi Prancis Adalah Ego
Jika semua tim berimbang, maka tantangan terbesar bagi Prancis adalah diri mereka sendiri. Para pemain muda, seperti Mbappe disanjung setinggi langit sesudah mengalahkan Argentina dengan Lionel Messinya. Deschamps juga dipuji karena berhasil membuat tim tampil memikat.
Jika lupa diri dan over confidence maka Prancis akan tamat. Persoalan besar bagi skuat yang kurang pengalaman adalah hal ini. Perhatikan Neymar muda bersama Brasil yang sangat yakin pada Piala Dunia 2014 di rumah mereka sendiri. Terlalu percaya diri, Neymar cedera, Brasil keok 1-7 di tangan Jerman.
Terlalu percaya diri juga dapat mengalahkan permainan kolektif tim, semua pemain menjadi ego atau mau menjadi bintang sendiri. Padahal, Â kemenangan atas Argentina adalah kemenangan tim, bukan kemenangan seorang Mbappe. Mbappe tak mungkin mencetak gol jika Giroud tidak memberi umpan padanya. Prancis juga bisa kebobolan lebih banyak, jika Matuidi dan Kante tidak dengan baik menjaga Messi.
Sampai di titik ini, Prancis harus ingat apa yang dikatakan oleh Michal Jordan tentang kolektivitas. "Talent wins games, but teamwork and intelligence wins championships."Â