Meski menjadi juara grup C tapi minimnya gol dengan permainan yang kurang menghibur membuat Prancis mendapat kritik tajam dari penggemarnya.
Entraneur Prancis, Didier Deschamps menyadari hal itu dan berespon. Deschamps berjanji untuk meningkatkan performa timnya. "Saya ingin memulai suatu yang baru pada laga nanti" kata Deschamps sebelum pertandingan melawan Argentina.
Deschamps berhasil membuktikan hal tersebut. Les Blues tampil lebih kuat dan lebih kreatif ketika membekuk Argentina dalam drama tujuh gol. Formasi tak berhasil Prancis dalam pertandingan fase grup yakni 4-3-1-2 dan 4-4-2 ditinggalkan dan dirubah oleh Deschamps menjadi 4-3-3. Prancis bukan saja tampil lebih agresif tetapi juga tidak membosankan.
Setiap sisi Prancis tampil apik dalam pertandingan itu. Mulai dari dinamisnya bek sayap muda Pivard yang ikut mencetak gol indah, N'Golo Kante yang tampil kuat dan konsisten menjaga Lionel Messi dan tentunya penyerang sayap muda mereka, Kylian Mbappe yang tampil luar biasa dengan membuat brace dalam pertandingan tersebut.
Mencetak banyak gol dengan permainan menghibur membuat Prancis tampil seperti menara Eiffel kala diiluminasi waktu malam, cantik dan indah.Â
Namun apakah caya itu memendar lebih lama? Kita bahas lebih jauh.
Belajar dari Piala Dunia 1998, Tekanan Dibutuhkan Agar Sukses
Sebenarnya jika kita telisik lebih jauh keinginan para penggemar terhadap tim nasional mereka sebenarnya cuma satu, yaitu totalitas mereka ketika bermain di lapangan. Paul Pogba cs sering dikritik karena alasan tersebut. Oleh karena itulah sesudah laga melawan Argentina, Pogba menegaskan keseriusannya." Saya disini untuk memberikan segalanya untuk jersey ini, untuk tim saya, untuk Prancis" ujar Pogba.
Jika harus kembali ke masa Piala Dunia 1998, isu serupa ternyata juga melanda timnas saat itu namun lebih sadis dan menyakitkan, karena isu tentang totalitas ini sering dihubungkan dengan status imigran (warna kulit) yang menyertai para pemain.
Pemimpin Front Nasional Waktu itu, Jean Marie Le Pen bahkan tak ragu untuk menyerang  secara terang-terangan skuad Prancis saat itu yang memang sangat berwarna.