Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tangisan Neymar Bukti Bahwa Messi Juga Manusia

22 Juni 2018   22:18 Diperbarui: 24 Juni 2018   13:40 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi bersedih I Gambar: bolabanget

Neymar terduduk. Kedua tangannya menutup wajahnya, terlihat dia sesenggukan. Neymar menangis. Ada apa dengan Neymar? Brasil menang atas Kosta Rika, salah satu gol pun berhasil dicetak olehnya. Tangis bahagia? Tangis karena lepas tekanan? Entahlah, yang pasti ada pergulatan emosi yang dialami oleh pria berusia 26 tahun itu.

Melawan Kosta Rika, Brasil seperti menghadapi batu cadas. Hingga 90 menit akan berakhir, Brasil menguasai bola tetapi selalu gagal untuk menceploskan bola ke gawang lawan. Pria bernama Keylor Navas juga tampil gemilang di bawah gawang Kosta Rika. Navas berulang kali menggagalkan peluang demi peluang yang didapatkan Brasil melalui striker ataupun pemain tengah mereka.

Navas membuat pendukung Selecao dan Los Ticos untuk saling menahan napas. Peluang berpotensi gol mulai dari 50% hingga 100% berhasil digagalkannya. Jika tak kalah, kiper Real Madrid ini dipastikan akan menjadi man of the match.

Bahkan, Brasil hampir frustrasi karena dewi fortuna sendiri sempat mencabut keberuntungan milik Brasil ketika dihadiahi penalti dengan dianulirnya penalti tersebut sesudah wasit Bjorn Kuipers  melihat dan menganalisa tayangan VAR. Neymar yang awalnya dianggap dijatuhkan, dianggap menjatuhkan diri. Kosta Rika senang, Neymar semakin tertekan.

Namun pergulatan sarat emosi Neymar dan Brasil akhirnya lepas bebas, sesudah pada menit ke-90, Coutinho berhasil mencetak gol melalui sekelumit proses benturan bola di kotak penalti.  

Bola dilesakan Coutinho dari jarak dekat di antara kedua kaki Navas. Saint Petersburg Stadium bergemuruh, penonton berbaju kuning melompat kegirangan sedangkan yang berwarna merah seperti mematung.

Tak lama kemudian, Brasil yang balik ditekan Kosta Rika dapat kembali mencetak gol. Douglas Costa yang baru dimasukkan di babak kedua berhasil menjadi pelayan Neymar dengan baik. Menggiring bola dari sisi kiri pertahanan Kosta Rika, Costa tak mau egois dan mengirim bola ke tengah. Neymar langsung dengan mudah mencocor bola ke dalam gawang Kosta Rika. Brasil 2 Kosta Rika 0.

Neymar langsung berlari kegirangan, berteriak dan mengeluarkan gesture seperti orang yang baru keluar penjara dan menghirup udara bebas. Gol pertama Neymar di Piala Dunia 2018 dan sekaligus "membunuh" Kosta Rika dari persaingan dapat lolos dari fase grup.

Skor yang bertahan hingga akhir pertandingan ini memang membuat Kosta Rika tidak mempunyai peluang untuk lolos lagi karena telah dua kali mengalami kekalahan. Sedangkan Brasil, dengan kemenangan ini membuat peluang mereka terbuka lebar untuk lolos dari grup E.

****

Kembali ke misteri tangisan Neymar. Mayoritas penikmat bola pasti akan setuju bahwa tangisan ini adalah ekspresi lepas dari tekanan. Piala Dunia 2018 memang menyiksa perasaan pemain-pemain berlabel super bintang seperti Neymar, sama seperti yang dialami oleh Ronaldo dan tentunya Messi.

Ketiga pemain ini disorot habis-habisan. Apakah mereka mampu membawa negaranya tampil hebat di pesta terbesar sepak bola di jagat ini. Hingga sekarang, Christiano Ronaldo dipuji setinggi langit karena mampu mencetak 4 gol.  Sebaliknya, beberapa jam terakhir untuk sebagian penikmat bola, Lionel Messi seperti dilupakan ada di  bawah langit karena penampilan buruk Argentina.

Neymar berada di persimpangan, akan seperti Ronaldo atau Messi. Sebagai "mantan" adik dan sahabat Lionel Messi, Neymar pasti merasakan pedihnya  yang dialami Messi. Postingan di media sosial mayoritas berisi ejekan, hinaan dan sindiran yang menyakitkan terhadap kualitas Messi dan kepemimpinan Messi.

Messi bersedih I Gambar: bolabanget
Messi bersedih I Gambar: bolabanget
Kekalahan telak dari Kroasia 0-3, membuat Messi tersudutkan. Messi  yang diharap menjadi pahlawan ternyata melempem, hampir tanpa kontribusi apa-apa. Poster-poster bertuliskan  Messi yang dijuluki "Messiah" bahkan mungkinsudah dilipat rapi disimpan di tempat yang tersembunyi. 

Pendukung Messi terlihat malu dan mau lari dari kenyataan, beberapa dari mereka yang pernah mengaguminya, bahkan ikut mencaci. Menyedihkan.

Siapa yang mau mengalami seperti yang dialami Messi? Beban yang berat sudah harus dipikul sebelum pertandingan dan selama pertandingan, dan ketika harus kalah, beban itu menjadi teramat berat. Neymar tak mau mengalaminya.

***

Sampai di titik ini, saya melihat bahwa sepak bola sangat jujur untuk segala sesuatu. Imajinasi sepak bola membuat kita terbang melayang entah kemana, sesuai keinginan alam pikiran kita terbawa, padahal sebenarnya kita mungkin telah berbohong terhadap diri sendiri. 

Kita berharap bahwa Argentina yang memainkan nama-nama pemain yang tidak dikenal oleh penikmat bola dunia, bisa dibawa selalu menang hanya karena seorang Messi. Setiap orang berhak berimajinasi dan menyebut Messi sebagai alien, tetapi sama seperti yang lain, Messi memiliki dua kaki dengan satu pikiran.

Messi tak dapat menggantikan kaki Willy Cabalerro yang memberi assist cantik kepada Ante Rebic yang dengan bergembira melesakkan bola keras balik ke gawang Caballero. Messi juga tak bisa menggantikan Nicolas Otamendi ketika serangan balik Kroasia, membuat Otamendi seperti bergerak panik tanpa arah. Messi hanyalah manusia terbatas kelahiran kota kecil Rosario, 30 tahun lalu di Argentina.

***

Neymar tahu beban Messi teramat berat dan mungkin berkata biar Messi saja yang menjalaninya, jangan saya.

Banyak pesepak bola yang tak kuat menahan tekanan seperti ini. Baik di dalam pertandingan, maupun di luar pertandingan. Ingatlah akan Zinedine Zidane yang terpancing untuk menanduk dada Materrazzi di Final Piala Dunia 2006, Zidane dikartu merah dan Italia akhirnya menjadi juara. 

Di tengah pesta seremoni Italia, Zidane bersedih, sakit dalam pilu. Bersyukur, sesudah karirnya, Zidane bisa mengatasi kepedihan itu dan menjadi pelatih hebat.

Zidane dan kepedihan 2006 I Gambar : Fifa
Zidane dan kepedihan 2006 I Gambar : Fifa
Di pertandingan melawan Kosta Rika, sama seperti Zidane, Neymar sempat kehilangan kontrol. Neymar marah, mengangkat dan membanting bola ketika pemain Kosta Rika terus-terusan seperti berakting cedera. 

Neymar dikartu kuning oleh tindakannya itu. Leo Messi yang melankolik berusaha menahan diri, meski pada akhirnya harus keluar lapangan tanpa menjabat tangan siapa pun seusai pertandingan dengan kepala tertunduk.

Pemain seperti Eric Cantona di level klub tak kuat menghadapi tekanan dan harus pensiun di usia 31 tahun di Manchester United sesudah mendapat julukan King Eric dari para penggemar, ada lagi Frank Rijkaard yang pensiun setelah membawa Ajax juara Champions League. Tak mudah menjadi pemain hebat.

Mantan pemain Barcelona dan Arsenal yang sekarang bermain di Manchester United, Alexis Sanchez juga pernah mencurahkan perasaan ini ketika melihat Messi menangis kala Barcelona kalah dari Chelsea di semi final Liga Champions 2012.

"Saya rasa sepak bola menyelamatkan kehidupan banyak orang. Sepak bola bisa memberikan kehidupan yang bergelimang harta tapi orang-orang tidak melihat perjuangan di belakang layar," ujar Sanchez.

"Di ruang ganti pakaian Barcelona setelah pertandingan melawan Chelsea, saya melihat Leo [Messi] menangis. Itu karena para pesepak bola punya tuntutan yang besar pada diri mereka sendiri. Orang-orang tidak tahu itu." tambah Sanchez.

Tuntutan sepak bola memang sangat tinggi bagi orang-orang seperti Messi, Ronaldo dan Neymar, dan ketika tuntutan itu tidak dapat terpenuhi melalui peritiwa kekalahan dan trauma, kita harus memahami itulah keterbatasan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Goenawan Mohamad dalam catatan pinggir ke-4.

"Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia" - Goenawan Mohammad

Jika konteks ini bisa dipahami, apa yang kita harapkan dari para pesepak bola seperti Neymar, Messi dan bahkan kita yang hanya sebagai penikmat bola?  Nikmatilah sepak bola dalam daya jangkau imajinasi yang wajar. Jika sepak bola itu menciptakan sesuatu yang melebihi itu, rayakanlah tetapi jangan sampai menjadikannya sebagai sebuah hukum yang tetap. 

Nikmati sepak bola sebagai sepak bola. Sepak bola itu sebuah kegembiraan.  Bergembiralah bersamanya. Jika harus membencinya jangalah sampai matahari terbenam karena selebih itu, percayalah sepak bola akan indah di saat sang mentari kembali terbit. 

Tetap cintai sepak bola dan tetaplah bahagia. 

Mari berbahagia. Karena bukankah dalam keterbatasan manusia, dia masih dapat bahagia, minimal menciptakan itu di hatinya sendiri?

Ah, Piala Dunia ini semakin menguras emosi tetapi ingat, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun