Dokter Diego Schwarsztein lantas memeriksa Messi dan mendiagnosa Messi mengalami defisiensi hormon atau kekurangan hormon pertumbuhan. Sebuah kelainan  yang jarang ditemukan pada anak-anak, sekaligus membutuhkan biaya yang tidak murah. Apalagi Jorge cuma buruh pabrik dan Celia adalah seorang binatu.
Singkat cerita, Messi tidak pernah kendur untuk bermain bola meski mengalami keanehan tersebut. Kekuatannya ada di dalam kelemahannya. Dalam tubuh kecil, Messi mampu berkelit lincah dari sergapan musuh, bahkan Messi terus melatih kekuatan kakinya, terutama kaki kirinya yang fenomenal itu.
Rexach yakin, Akademi La Masia akan sangat beruntung menerima pemain yang masih mempunyai kelainan tubuh ini. Barcelona lantas segera mengontraknya dan meyakinkan orangtua Messi, bahwa Messi akan diobati.
Mengingat kisah riwayat kelainan hormonnya, membuat orang paham bahwa dia memang tak bisa setegap Christiano Ronaldo dan sekekar Luis Suarez sekalipun, tetapi bek-bek raksasa kelas dunia seperti Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, Giorgio Chiellini hingga Sergio Ramos pun harus mengakui kekuatannya adalah di kakinya, bukan ukuran tubuh.
Kaki kanan dan kirinya bergantian, meloloskan bola di antara dua kaki kiper timnas Belgia itu. Biasanya kiper seharusnya malu diperlakukan demikian, namun semua kiper tahu, bahwa dibobol oleh Messi bisa saja menajdi suatu kehormatan. Pria yang tahu, bahwa keterbatasan tidak akan menghalanginya untuk menginspirasi dunia.
Di masa mudanya sebelum didiagnosis ALS, Hawking lebih senang menggeluti olahraga dayung. Kekuatan fisik dan suasana kompetitif mungkin menjadi alasan Hawking terlibat di olah raga yang tak menarik itu. Namun ketika berada di "kursi kehidupan", Hawking lebih mencintai sepak bola.
Olah raga paling menarik sedunia ini memang menarik perhatian Hawking, dengan keluarnya beberapa teori yang menarik dan juga menggelitik. Seperti mengatakan bahwa pemain botak dan gondrong akan lebih sering mencetak gol dari pemain lainnya.
Bahkan, pada Piala Dunia 2014, pria kelahiran Oxford ini bahkan berpikir bahwa Timnas Inggris akan sukses dengan formasi 4-3-3, berdasarkan analisis data yang dilakukannya, termasuk soal lini depan dan warna seragam dikomentari Hawking juga secara ilmiah.
Ayah dari Lucy, Robert, dan Tim ini seperti ingin mengatakan bahwa alam semesta akan menjadi lebih menarik apabila ada hal-hal dicintai, mungkin sepak bola bagi Hawking adalah salah satunya.