Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Warisan Itu Tidak Harus Selalu Trofi, Buffon

20 Mei 2017   10:50 Diperbarui: 20 Mei 2017   11:03 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 September 2006, Stadio Romeo Neri. Juventus untuk pertama kalinya bermain di Seri B melawan Rimini. Tak ada lagi Zlatan Ibrahimovic, Patrick Vieira, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Emerson, dan juga Gianluca Zambrotta di lapangan bersama Si Nyonya Tua.

Skandal Calciopoli sudah terlampau membuat mereka malu untuk harus turun kasta ke Seri B. Didier Deschamps yang melatih Juventus kala itu harus rela bahwa nama-nama bintang besar di atas terpaksa digantikan oleh pemain-pemain muda seperti Giorgio Chiellini, Matteo Paro, dan Raffaele Palladino.

Di antara semua kisah sedih ditinggalkan pemain bintang dan turun kasta tersebut, masih ada kisah kesetiaan di dalamnya. Sepanjang 90 menit pertandingan yang berakhir 1-1 itu, di bawah mistar gawang Juventus berdiri seorang pria yang terus memberikan 100 persen bagi Bianconeri, yaitu Gianluigi Buffon.

Berusia 28 tahun kala itu, Buffon sebenarnya terus dirayu untuk segera pindah di klub besar setelah Juventus terdegradasi. Buffon tak goyah dan memilih terus bertahan. Ia tetap loyal dan memilih berjuang dan bangkit bersama dengan Juventus di saat yang lain pergi.

"Juve membantu saya menjadi juara dunia dan oleh karena itu saya berutang banyak pada mereka," ujar Buffon beralasan untuk tetap tinggal..

Buffon memang berutang banyak pada Juventus. Buffon yang pada 2001 berpindah dari Parma ke Juventus ini memang menemui karir terbaiknya bersama Juventus. Ditransfer dengan 51 Juta Euro, Juventus memilih mempersilahkan kiper sekelas Edwin Van De Sar pergi untuk memberi tempat kepada Buffon muda.

Kepercayaan Juventus membuat Buffon tampil ciamik, hingga tim nasional memanggilnya. Akhirnya bersama timnas Italia, Buffon berhasil menggondol gelar juara dunia tahun 2006. Sayang, hanya kurang dari satu bulan sejak gelar itu, Juventus harus dipaksa turun ke Serie B karena terbukti bersalah dalam kasus calciopoli.

Sesudah pertandingan perdana melawan Rimini itu, Juventus terus berjuang dengan pasukan “seadanya” itu. Syukur, Juventus akhirnya menjadi kampiun Serie B setelah mengoleksi 28 kemenangan, 10 hasil imbang, dan hanya 4 kali kalah.

Tetapi badai tak berhenti datang, walaupun sudah kembali ke Serie A, permainan Juventus masih pasang surut dan belum menentu. Hal tersebut membuat  Juve tetap terpuruk dan terus berganti pelatih pada periode 2007-2010. Nama-nama seperti Ranieri, Zacheroni hingga Luigi del Neri bergantian menjadi pelatih.

Dalam keadaan "tidur" tersebut, Buffon mengambil sikap untuk membangunkan para pemain dan juga manajemen pada tanggal 1 November 2009, saat Juventus merayakan ulang tahun. “Seragam ini amat berat. Kalau kalian tidak sanggup menanggungnya, tidak usah masuk ke lapangan” ujar Buffon keras saat Juventus baru ditekuk Napoli 2-3 di kandang sendiri setelah sebelumnya unggul 2-0.

Ucapan itu membangunkan Juventus baik di ruang ganti pemain ataupun di kantor ekslusif milik manajemen. Andrea Agnelli yang mengambil kursi Presiden pada tahun 2010 akhirnya berjuang membangun Juve kembali, setelah terlecut dengan ucapan Buffon..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun