Hingga menit ke-85, hampir 90 ribu fans Barcelona yang memadati Camp Nou masih terus bernyanyi memberikan dukungan padahal defisit 3 gol dari pertemuan pertama belum satupun terlunasi.
Barcelonista memang pantas tetap yakin karena Barca adalah klub pembuat keajaiban di partai melawan PSG. Di Camp Nou yang angker, Barcelona berhasil menggelontorkan 6 gol balasan padahal sudah defisit 4 gol dalam pertemuan pertama di Paris. Luar biasa.
Keyakinan itu pula yang juga diselorohkan pelatih Barca, Luis Enrique sebelum pertandingan. “Kami akan berusaha menggelontorkan 5 gol ke gawang Juventus” kata Enrique yakin dalam sebuah kesempatan.
Namun Juventus bukanlah PSG. Selama 90+3 menit, Barcelona yang mendominasi pertandingan tak mampu sekalipun membobol gawang Gianluigi Buffon, skor kacamata membuat Juventus melenggang mulus ke Semifinal.
Menurut saya ada 3 Alasan yang membuat Juventus tetap aman dalam pertandingan sengit tadi pagi :
1. Kecerdasan Max Allegri Yang Tetap Percaya Diri Menggunakan 4-2-3-1
Di tulisan sebelumnya saya menulis tentang salah satu yang membuat Juventus menang di Turin adalah kesuksesan formasi super ofensif mereka, 4-2-3-1. Skema ini menyertakan 4 penyerang Juventus (Dybala, Higuain, Mandzukic dan Cuadrado) turun sekaligus.
Sebelum bertandang di Camp Nou, banyak orang ragu bahwa Max Allegri akan mau menggunakan formasi ini. Malahan tidak sedikit yang menyarankan agar Juventus merubah strategi dengan sedikit lebih bertahan.
Gila !. Allegri tetap percaya diri dengan 4-2-3-1. Hal itulah yang mungkin sempat membuat Enrique semakin yakin akan menembus pertahanan Juventus. Tentu tidak sedikit juga pendukung Juventus yang ketar-ketir karena sekali lagi Juventus dengan formasi ini seperti berjudi. Jikalau tidak bisa bertahan dengan baik, maka selesai.
Namun kenyataan di lapangan berjalan sesuai harapan Allegri dan sebaliknya tidak sesuai keinginan Enrique. Allegri sukses membuat 2 bek sayap Barcelona dalam diri Jordi Alba dan Sergi Roberto harus berpikir dua kali untuk turut sering membantu serangan.
Beberapa kali karena keterlambatan kedua pemain ini kembali ke pos mereka, Cuadrado di sisi kanan dan Mandzukic di sisi kiri mampu menciptakan peluang berbahaya di area pertahanan Barcelona.
Enrique juga sempat mencari akal untuk menahan serangan dari bek sayap mereka dan mendorong Pique untuk lebih maju ke depan. Formasi Barca sering berubah menjadi 3-3-4, saat Pique didorong mengganggu Bonnuci dan Chiellini di pertahanan Juventus.
Belum berhasil juga, karena ketika Pique di dorong ke depan, Higuain beberapa kali mampu melewati Umtiti dalam duel satu lawan satu. Enrique semakin pusing.
Di tengah pertandingan di babak kedua, Enrique yang berjanji akan memakai 8 orang penyerang, sempat merealisasikannya. Skemanya menjadi 2-4-4. Skema ini membuat Barca hanya meninggalkan Umtiti serta Busquet di belakang dan mendorong Alba, Roberto dan Pique maju ke depan.
Berhasil?. Tidak berhasil, malahan sepertinya Enrique “tobat” karena dalam sekali kesempatan Umtiti dan Busquets harus pontang panting ketika serangan balik Juventus membuat kedua pemain ini harus menjag 4 orang pemain Juventus. Untung gawang Barca masih aman.
Ketika Enrique memasukkan Alcacer untuk menambah daya dobrak, Allegri dengan cerdas memasukkan Barzagli. Tembok tebal pertahanan Juventus semakin tebal dengan kehadiran Barzagli yang artinya Barca semakin terlihat linglung untuk mencari cara menembus pertahanan Juventus. Allegri memang cerdas !
Kecerdasan Allegri serta keberaniannya ini membuat Allegri memang patut disejajarkan dengan pelatih papan atas dunia. Pantas saja Arsenal, Barcelona dan PSG dikabarkan terus mengejar tanda tangannya.
2. Pressing Ketat Yang Membuat MSN yang Tampil di bawah Performa Terbaik Mereka
Ketakutan para pendukung Juventus tentu saja tertuju kepada lini depan menakutkan Barca, Messi Suarez dan Neymar. MSN bagaikan mimpi buruk jika mereka mampu menampilkan kualitas dan keterpaduan di antara mereka.
Syukur bagi Juventus, MSN tampil di bawah performa mereka. Juventus dengan cerdas mampu melakukan pressing ketat kepada ketiga pemain ini.
Strategi ini bukan saja mampu membuat kerjasama mereka tidak dapat berjalan dengan baik, namun juga memaksa mereka untuk tampil individual dan cenderung egois. Terlihat jelas, Messi dan Neymar yang hanya sedikit mendapat ruang terburu-buru menendang bola ke gawang karena “takut” kembali dipressing.
Jika menilik pertandingan sebelumnya, sebenarnya pemain yang harus patut diwaspadai adalah Neymar. Neymar sangat licin dan mampu menciptakan peluang berbahaya bagi Barca. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa Juventus mampu menemukan Vaksin anti Neymar dalam diri Daniel Alves.
Alves mampu membuat Neymar frustrasi. Walaupun sesekali dapat melewati Alves, namun lebih banyak jumlahnya Alves mampu menghentikan Neymar. Kefrustrasian itulah yang membuat Neymar melakukan tekel brutal kepada Pjanic yang berbuah kartu kuning dan tangisan sesudah pertandingan.
Messi?. Pemain terbaik dunia ini mempunyai paling tidak dua peluang yang seharusnya menjadi gol. Namun sayang, ruang yang tercipta itu seperti langka dalam pertandingan ini. Jika gagal, maka tidak ada lagi kesempatan, karena pemain Juventus seperti belajar dari setiap kesalahan.
Gaya Messi yang menggiring bola dari kanan masuk menyusuri garis kotak pinalti dan melakukan tendangan melengkung kaki kiri juga sudah diantisipasi para pemain Juve. Messi bingung.
Suarez?. Chiellini berhasil membuat Suarez seperti tidak terlihat dalam pertandingan ini. Hal itulah yang membuat saya berharap Suarez bisa kembali menggigit Chiellini, biar ada kehebohan yang membuat dia menjadi ada di lapangan.
3. Wasit yang Tampil “Wajar” di Pertandingan Ini
Bjorn Kuipers, wasit asal Belanda ini sempat menyita perhatian ketika ditunjuk untuk mewasiti pertandingan Barca melawan Juventus. Apa pasal, Bjorn Kuipers dikenal sebagai wasit yang pro Barca. Selama memimpin pertandingan yang dilakoni Barca, Barca selalu menang dan tak sedikit cerita kontroversial yang menyertainya.
Kekuatiran itu semakin menguat karena dalam pertandingan raksasa sebelumnya antara Real Madrid versus Bayern Muenchen, faktor wasit menjadi sorotan meskipun hal itu menjadi bisa menjadi hal yang biasa dalam sepak bola modern.
Kuipers tampil baik, jika tidak dikatakan sempurna. Dia tidak gampang terprovokasi oleh aksi-aksi diving dari pemain dari kedua tim. Kuipers juga tidak gambang terbawa perasaan ketika pemain-pemain marah-marah memprotes beberapa keputusannya, Kuipers tak bergeming.
Wasit dalam pertandingan final musim lalu ini, seperti ingin membuktikan bahwa teriakan dan aksi drama pemain dan terror dari puluhan ribu penonton tidak akan membuat dia terbawa arus dan tidak tampil professional. Salut untuk Kuipers.
Pada akhirnya, saya menilai laga tadi pagi berjalan sengit dan menghibur. Barcelona menunjukkan kelas mereka sebagai klub terbaik dalam satu dasawarsa ini dan Juventus menunjukkan hasil dari pembangunan tim besar-besaran yang mereka lakukan.
Salut Barcelona dan Forza Juventus !.
Atletico Madrid, Real Madrid dan AS Monaco sudah menunggu Juventus di final. Siapa yang akan melawan Juventus nanti?. Sambil menunggu hasil undian, saya memprediksi Juventus akan ketemu Real Madrid di semifinal. Dan Juventus yang akan menang. Apa pendapat anda Kompasianers?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H