Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cerita dari Hoiledo, Kehangatan dari Kampung Kecil di Rote

7 Maret 2017   11:54 Diperbarui: 8 Maret 2017   12:00 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membersihkan mata air/dokpri
Membersihkan mata air/dokpri
Konsep ketrampilan yang berguna bagi kepentingan orang lain atau orang banyak selalu saya tekankan. Minimal jika mereka berkeluarga, maka ketrampilan mereka bisa membuat keluarga mereka semakin sejahtera dengan ketrampilan baru yang dimiliki. Untuk yang belum berkeluarga, mereka bisa mempunyai aktifitas baru daripada hanyut dalam aktifitas kontra produktif seperti main billiard dan minum minuman keras. "Jangan mau menjadi sampah..harus produktif." ujar saya beberapa kali terhadap siswa pelatihan, yang kebanyakan sebaya atau lebih muda. 

Hoiledo memang kampung yang saat itu masih kekurangan air bersih. Mereka memiliki mata air yang agak jauh dari perumahan penduduk. Sehingga ketika pemerintah berencana memasang pipa yang airnya mengalir dari mata air terdekat, kegiatan pembersihan mata air itu terasa penting dan mendesak.

Besoknya, saya pun turut kerja bakti bersama. Mata air di tengah hutan mamar itu mulai dibersihkan. Ceritanya, satu keluarga minimal disyaratkan harus mengirimkan satu orang untuk turut membersihkan. Jika tidak, maka mereka harus merelakan buah dari pohon kelapa mereka diambil. Cara yang cukup berhasil untuk menyalakan kembali semangat gotong royong yang semakin memudar. “Makasih..pak guru, sudah ikut berpartisipasi” kata pak RT saat kami berjalan pulang bersama dari mata air. “Bapak sudah menjadi bagian kami” kata seorang bapak yang lain, tersenyum. “Ah…daripada di rumah saja pak..saya kesepian” jawab saya sambil bercanda.

kepulangan-58be3b803193730f050c9df5.jpg
kepulangan-58be3b803193730f050c9df5.jpg
Tanpa terasa, 30 hari sudah saya lalui di Hoiledo. Acara melepas kepulangan ternyata disiapkan oleh siswa dan beberapa orang dalam kampung itu. “Terima kasih, untuk kedatangan dan kebersamaan pak Arnold yang mau berbagi bersama kami” kata Lexy dalam acara sederhana itu. Topi khas Rote, Ti’I Langga, dan kain selempang motif terpakai. Menjadi bukti lain tanda kehangatan mereka.

Saya tentunya yang paling bahagia. Bukan karena bisa lekas pulang, tetapi turut mendapatkan kebahagian akibat kehangatan dari mereka. Kehangatan yang sulit dilupakan dan digantikan oleh hal lain.

Waktunya untuk pulang. Mereka bersikeras mengantar. Memakai mobil pick Up, kami beramai-ramai pergi ke pelabuhan Pantai Baru, tempat kapal Ferry bersandar. Jabat tangan antar kami mengantar saya masuk ke dalam ferry. “Selamat tinggal Hoiledo…”kata saya dalam hati ketika Ferry mulai meninggalkan Pelabuhan.

Hallo…kaka Lexy. Apa kabar?” suara saya lewat hand phone menyapa mereka, sesudah sebulan pulang. “baik pak…wah ada siswa yang sudah buka usaha mebel pak” kabar Lexy. “wah..hebat,…lalu mancing..masih?” tanya saya lagi. “Masih..pak, kapan bapak datang ke Rote lagi?” tanya Lexy…

Hmm…tunggu sajalah..” jawab saya dengan tertawa.

Mengajar melatih tukang mebel/ dokpri
Mengajar melatih tukang mebel/ dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun