“Halo mas Arnold, Aku dapat info dari mas Nurul, katanya Mas Arnold lagi di Jakarta ya?” begitu WA Mba Nindy dari Kompasiana. Begitu awal cerita ini dimulai sekitar 2 minggu yang lalu.
Nah, dag dig dug juga membaca WA ini. Saya memang lagi di Jakarta, ada pelatihan dari kantor. “Ada yang bisa dibantu mba? balas WA saya ramah.
Beberapa saat WA saya belum dibalas Mba Nindy, pikiran saya langsung loncat ke PR untuk membuat konsep dan ide logo Komunitas baru kami di Kupang, NTT, Komora. “Waduh, belum dibalas email tentang ide itu dari tim kreatif Kompasiana” duga saya dalam hati.
“Begini mas, karena kebetulan Mas Arnold lagi di Jakarta. Kalau kita undang untuk datang ke acaranya BCA sebagai buzzer kira-kira bersedia ga ya?” lanjut WA Mba Nindy.
“Buzzer itu istilah buat orang yang mengangkat brand/produk tertentu untuk disebarluaskan. Buzzer biasanya dibayar oleh produk/brand tersebut untuk menulis, mengulas, membagikan dampak produk tersebut untuk menjadi terkenal” jelas Mba Nindy.
“Wah, asyik tuh mba?” balas WA saya. Sambil mikir-mikir, “Berat juga, nih kerjaan”. Haha.
“Mas akan diminta untuk datang meliput kegiatan, memotret jalannya acara lalu menulisnya di kompasiana” jawab ganda Mba Nindy.
Saya tidak langsung menjawab bisa atau tidak, soalnya saya harus melihat waktunya bisa saya sesuaikan dengan kegiatan yang sedang saya lakukan.
Baru sore harinya setelah diatur sana sini, saya menyatakan diri untuk siap menjadi Buzzer. Untuk pertama kalinya di Kompasiana. ”Saya bisa mba” jawab saya beberapa jam kemudian.
Ah, gugup juga di pengalaman pertama ini. Menggunakan Gojek saya bergerak ke Galeri Indonesia Kaya. Alamat lengkapnya, Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, West Mall, Lt. 8 Jl. MH. Thamrin No. 1, Jakarta.
Dengan modal bertanya ke Sekuriti, saya telah sampai ke Lt.8, tempat dimana Galeri Indonesia Kaya berada. Konsep Galeri ini luar biasa, Galeri Indonesia Kaya ini benar-benar mengagungkan kearifan lokal yang membuat kita ketika masuk ke Galeri ini akan merasa bahwa Indonesia itu memang kaya.
“Dari mana pak?” tanya petugas di bagian registrasi. “Kompasiana” jawab saya cepat. Saya lalu diarahkan ke dalam ruang dimana Konfrensi Pers akan dilaksanakan.
Galeri masih belum terisi penuh. Saya lalu bergegas mencari tempat yang tepat untuk dapat meliput kegiatan. Belum lama duduk, seorang wanita datang menyapa, “Dari media ya pak, Sudah dapat kertas informasi dan Vouchernya pak?. Saya terbengong lalu spontan menjawab “Dari Kompasiana juga dapat ?”. “Iya” jawab wanita . Lalu saya segera diberikan kertas dan Voucher tersebut. Nah kertasnya berisi informasi tentang acara ini dan Vouchernya adalah Voucher untuk mendapatkan souvenir sehabis acara. Asyikk..
Ternyata kata "Kompasiana" menjadi kata kunci dari perkenalan saya dengan Kompasianer lain. “Mas juga dari Kompasiana ya?” tanya seorang wanita ramah menyapa. “Iya”, saya Arnold dari Kupang sambil mengulurkan tangan. Akhirnya ada juga dua Kompasianer yang temui, Mba Arum yang menyapa dan Ibu Ina Tanaya. “Kita berlima kok, ada Detha dan Tauhid disana” jelas dan tunjuk Mba Arum kepada dua orang Kompasianer laki yang duduk terpisah.
Wah, menjadi Buzzer itu ya ternyata asyik juga, bisa bertemu dengan artis yang cuma kita lihat dari Televisi.
“Jangan langsung pulang ya, karena Kompasianer akan dijamu makan oleh pihak BCA” begitu info dari Ibu Ina di tengah acara. Wah selain ketemu artis, Buzzer juga akan mendapat makanan gratis. Haha.
Saya langsung bertambah bersemangat meliput. Bahkan setelah selesai acara siaran pers tersebut saya masih menyempatkan untuk mewawancarai beberapa narasumber. “Apa kualitas yang bapak mimpikan dari Festival Jazz yang sudah berumur 8 tahun ini?” tanya saya kepada Sigit Pramono di tengah kerubutan Wartawan. Asal tahu saja, saya harus berantrian dengan Wartawan-wartawan media seperti Jawa Pos yang juga diundang di acara tersebut untuk bertanya ke Sigit, penggagas acara ini. Kompasianer itu memang bukan wartawan tapi separuh nafasnya itu juga wartawan kok, Haha.
Walaupun sudah ditunggu oleh Ibu Ina dan teman-teman Kompasianer yang lain untuk makan siang, saya masih ber Selfie ria dengan beberapa artis. Saya jujur tidak akan melewatkan momen sekali setahun dan juga mungkin satu-satunya kesempatan seumur hidup ini. Lagian akan menjadi oleh-oleh sepulang Kupang nanti. Haha.
Nah, kalau soal makan mah yahud.. kami makan bersama dengan para fotografer dan wartawan dari berbagai media. “Ayo, mas tambah..” tawar bapak dari BCA. Saya sih sebenarnya malu hati mau nambah, tetapi jujur makanannya agak kurang cocok dengan lidah saya. Tetapi yang penting saya kenyang dan gratis lagi.Haha.
Sesudah makan, kesempatan ini juga kami gunakan untuk berfoto bersama antar Kompasianer. Saya, Detha, Tauhid, Mba Arum dan Ibu Ina Tanaya tersenyum simpul tanda kenyang dan senang bertemu Kompasianer lain di tempat ini.
Kesimpulannya, menjadi Buzzer itu komplit rasanya, dari meliput acara, mewawancarai artis, bertemu dengan Kompasianer lain, mendapat Souvenir gratis dan pastinya dikenyangkan dengan makanan yang juga gratis. Secara psikis dan jasmaniah semuanya dipuaskan deh. Lebih senang lagi, hari ini saya mendapat email bahwa apresiasi atas Ngebuzzer saya akan diberikan di bulan Oktober nanti. Asyik.
Ini semua takkan terjadi jika saya tidak pernah menjadi Kompasianer dan menuliskan sesuatu di Kompasiana. Akhirnya, terimakasih buat Kompasiana, sebab berkat Kompasianalah saya bisa mendapat pengalaman menarik tak terlupakan seperti ini.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H