Pada sisi lain, faktor APBN yang besarnya kurang dari 20% PDB (Produk Domestik Bruto; atau GDP : Gross Domestic Bruto), tentu tidak cukup berarti khususnya pada investasi. Dalam APBN 2017 telah dianggarkan sejumlah 380 Triliun Rupiah (IDR) untuk pembangunan infrastruktur yang diyakini akan dapat meningkatkan belanja khususnya konsumsi; dan menambah lapangan kerja. Tetapi pada sisi lain, pertumbuhan kredit investasi pada perbankan nasional selama 2016 berada pada kisaran 8%; sedangkan pinjaman dari eksternal (valas dari luar negeri) cenderung turun seperti diberikan pada Peraga-9.
Peraga-9 : Trend Pinjaman Investasi Valas
Kondisi serupa pada aliran masuk investasi asing seperti pada Peraga-10.
Peraga-10 : Aliran Modal Masuk Investasi Asing
Trend turun investasi berupa aliran modal masuk, pinjaman luar negeri, dan kredit investasi merupakan "signal negatif" dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian pada masa mendatang khususnya sektor infrastruktur serta industri untuk peningkatan produksi.
Faktor yang menghambat minat investasi korporasi utamanya pada masalah Balance Sheet Recession Problem (Masalah Resesi Neraca). Sedangkan bagi penanaman modal asing, faktornya bukan peringkat pada indikator Ease of Doing Business atau rating serta berbagai kemudahan lainnya. Tetapi pada faktor daya beli, stabilitas; keamanan dan kenyamanan serta kepastian dalam kebijakan pemerintah bagi dunia usaha (lihat artikel :Â Anggapan Keliru Atas Faktor Aliran Investasi).
Faktor China sebenarnya lebih besar pada masalah internal China sendiri. Sehingga terlalu berlebihan jika SMI menganggap perekonomian Indonesia bergantung pada China. Tetapi demi memikat investasi asing sudah selayaknya masalah stabilitas domestik; keamanan dan kenyamanan dalam dunia usaha menjadi perhatian pemerintah dan semua pihak yang prihatin serta peduli terhadap pertumbuhan Indonesia.
Arnold Mamesah - 4 Februari 2017