Dengan kehadiran EU dan TPP peta perekonomian global dapat digambarkan seperti pada Peraga-5.
Dari Peraga-5, terhadap global GDP TPP merupakan yang terbesar (43%) dengan populasi hampir 20%; EU (termasuk UK) dengan populasi pada kisaran 7%, GDP 22%. Dengan kondisi demikian, jika BRICS berlanjut menjadi kerjasama permanen maka negara lainnya dapat memilih bergabung dalam TPP, EU, BRICS plus atau mungkin saja lahir kerjasama regional baru.
Kerjasama Ekonomi TPP
Pemahaman akan Model Gravity dapat dilihat pada artikel : Fenomena Surplus Perdagangan dalam Model Gravity; sedangkan Core-Periphery Model (CPM) merupakan buah pemikiran dari penerima Anugerah Nobel 2008 Paul R. Krugman dalam artikel : “Increasing Returns and Economic Geography". Sejalan dengan pertumbuhan pesat pendapatan pada area perkotaan (urban), mendorong peningkatan urbanisasi (khususnya tenaga kerja). Kondisi ini berimplikasi pergeseran pusat pertumbuhan perekonomian ke area urban yang sarat industri proses dan manufacturing serta industri jasa (services).
Sementara, penduduk global yang bertambah selalu membutuhkan air, energi, dan pangan. Air (termasuk sanitasi) merupakan kebutuhan utama kehidupan manusia dalam lingkungan yang sehat; air juga merupakan kebutuhan dalam proses pembentukan energi dan penyediaan pangan. Dalam memenuhi kebutuhan akan air, energi, dan pangan, area urban membutuhkan pasokan dari area non urban atau rural. Mengadopsi CPM, Urban merupakan Core dan Rural menjadi Periphery; keduanya saling membutuhkan demi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan (prosperity).
Dalam konteks kerjasama ekonomi regional khususnya Indonesia bergabung dalam TPP, perlu memahami secara utuh kondisi perdagangan yang melibatkan anggota TPP-18. Potret perdagangan (Ekspor - Impor) Indonesia dalam lingkup TPP-18 diberikan pada Peraga-6.
Dalam masa 2010-2015, trend neraca perdagangan Indonesia dan anggota TPP-18 diberikan pada Peraga-7.
Banyak sikap skeptis dan keraguan akan manfaat bergabung dengan TPP termasuk masalah kesiapan dunia usaha untuk bersaing. Sangat disayangkan sikap tersebut lebih banyak muncul dari pemikiran sporadis dan emosional tanpa basis "Generally Accepted Principle" seperti Model Gravity dan CPM yang dipahami secara utuh. TPP tidak mensyaratkan single currency sehingga tetap memberikan fleksibilitas untuk melakukan koreksi dalam hal perdagangan global melalui mekanisme nilai tukar. Tetapi TPP bersifat mengikat dalam hal regulasi dan tuntutan kualitas sumber daya yang mumpuni khususnya dalam sektor industri (barang dan jasa). Singapore, Malaysia, Vietnam, dan Brunei telah menandatangani pakta TPP dan akan disusul Phillipine serta Thailand. Negara-negara tersebut sudah memiliki pandangan jauh dan jangka panjang (Foresight) terhadap perekonomian global masa mendatang. Apakah Indonesia akan sekedar menjadi pelengkap alias periphery atau mengambil inisiatif dan keputusan ?Â