Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ragu Atas TPP Bikin Tertinggal di Landasan

4 Juli 2016   22:28 Diperbarui: 5 Juli 2016   03:27 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New Wave Gravity and CPM by Arnold M

Dengan kehadiran EU dan TPP peta perekonomian global dapat digambarkan seperti pada Peraga-5.

Global Population and GDP by Regional Economic Group - By Arnold M
Global Population and GDP by Regional Economic Group - By Arnold M
Catatan. BRICS merupakan kebersamaan dengan "ikatan longgar" negara-negara Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan South Africa.

Dari Peraga-5, terhadap global GDP TPP merupakan yang terbesar (43%) dengan populasi hampir 20%; EU (termasuk UK) dengan populasi pada kisaran 7%, GDP 22%. Dengan kondisi demikian, jika BRICS berlanjut menjadi kerjasama permanen maka negara lainnya dapat memilih bergabung dalam TPP, EU, BRICS plus atau mungkin saja lahir kerjasama regional baru.

Kerjasama Ekonomi TPP

Pemahaman akan Model Gravity dapat dilihat pada artikel : Fenomena Surplus Perdagangan dalam Model Gravity; sedangkan Core-Periphery Model (CPM) merupakan buah pemikiran dari penerima Anugerah Nobel 2008 Paul R. Krugman dalam artikel : “Increasing Returns and Economic Geography". Sejalan dengan pertumbuhan pesat pendapatan pada area perkotaan (urban), mendorong peningkatan urbanisasi (khususnya tenaga kerja). Kondisi ini berimplikasi pergeseran pusat pertumbuhan perekonomian ke area urban yang sarat industri proses dan manufacturing serta industri jasa (services).

Sementara, penduduk global yang bertambah selalu membutuhkan air, energi, dan pangan. Air (termasuk sanitasi) merupakan kebutuhan utama kehidupan manusia dalam lingkungan yang sehat; air juga merupakan kebutuhan dalam proses pembentukan energi dan penyediaan pangan. Dalam memenuhi kebutuhan akan air, energi, dan pangan, area urban membutuhkan pasokan dari area non urban atau rural. Mengadopsi CPM, Urban merupakan Core dan Rural menjadi Periphery; keduanya saling membutuhkan demi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan (prosperity).

Dalam konteks kerjasama ekonomi regional khususnya Indonesia bergabung dalam TPP, perlu memahami secara utuh kondisi perdagangan yang melibatkan anggota TPP-18. Potret perdagangan (Ekspor - Impor) Indonesia dalam lingkup TPP-18 diberikan pada Peraga-6.

indonesia-tpp-trade-share-577a6e07789773a1068b458f.jpg
indonesia-tpp-trade-share-577a6e07789773a1068b458f.jpg
Peraga-6 menunjukkan kondisi defisit terjadi dengan ASEAN dan ANZ (Australia - New Zealand); sedangkan lainnya surplus. Mengingat populasi dan GDP Indonesia terhadap ASEAN pada Peraga-3, Indonesia yang akan menjadi "target pasar" anggota ASEAN baik negara "Core" maupun "Periphery".

Dalam masa 2010-2015, trend neraca perdagangan Indonesia dan anggota TPP-18 diberikan pada Peraga-7.

indonesia-tpp-trade-balance-577a6e98d1927331168d922d.jpg
indonesia-tpp-trade-balance-577a6e98d1927331168d922d.jpg
Peraga-7 menunjukkan besarnya defisit dengan ASEAN dan ANZ (sebagai tambahan defisit juga terjadi dengan Tiongkok); sementara surplus pada perdagangan dengan EU juga UK. Defisit dengan ASEAN terjadi karena banyak transaksi perdagangan dilakukan melalui "perantara" di negara Asean terutama Singapore. Sebagai contoh, surplus Indonesia dengan USA pada Peraga-7 (berdasarkan data Bank Indonesia - SEKI) berbeda dalam jumlah yang besar jika dibandingkan dengan "USA - Indonesia Trade Balance" berdasarkan US Census Bureau. Hal ini terjadi akibat transaksi dilakukan secara tidak langsung alias via perantara.

Banyak sikap skeptis dan keraguan akan manfaat bergabung dengan TPP termasuk masalah kesiapan dunia usaha untuk bersaing. Sangat disayangkan sikap tersebut lebih banyak muncul dari pemikiran sporadis dan emosional tanpa basis "Generally Accepted Principle" seperti Model Gravity dan CPM yang dipahami secara utuh. TPP tidak mensyaratkan single currency sehingga tetap memberikan fleksibilitas untuk melakukan koreksi dalam hal perdagangan global melalui mekanisme nilai tukar. Tetapi TPP bersifat mengikat dalam hal regulasi dan tuntutan kualitas sumber daya yang mumpuni khususnya dalam sektor industri (barang dan jasa). Singapore, Malaysia, Vietnam, dan Brunei telah menandatangani pakta TPP dan akan disusul Phillipine serta Thailand. Negara-negara tersebut sudah memiliki pandangan jauh dan jangka panjang (Foresight) terhadap perekonomian global masa mendatang. Apakah Indonesia akan sekedar menjadi pelengkap alias periphery atau mengambil inisiatif dan keputusan ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun