Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ragu Atas TPP Bikin Tertinggal di Landasan

4 Juli 2016   22:28 Diperbarui: 5 Juli 2016   03:27 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New Wave Gravity and CPM by Arnold M

Brexit Fever

Ibarat virus penyebar flu, Brexit dapat memicu niatan baru untuk keluar suatu kelompok regional berbasis perekonomian, politik (negara). Suara yang bergaung usai jajak pendapat 23 Juni 2016, muncul dari area Scotland dan North Ireland yang ingin lepas dari ikatan "United Kingdom" atau Inggris Raya. Sulit diduga kelanjutan niatan yang mungkin muncul secara emosional tersebut. Pilihan "LEAVE" merupakan sikap 51,9% peserta jajak pendapat Brexit yang tidak sepaham dengan dominasi European Union (EU) dalam hal kebijakan perekonomian, tenaga kerja, penanganan pengungsi yang pada intinya mengurangi kedaulatan dan kemandirian UK. Tetapi apakah memang demikian yang menjadi "underlying justification" dalam menentukan pilihan atau sekedar ikutan alias terdampak "bandwagon effect" (sikap ikut-ikutan arus). 

Layak menjadi perhatian bahwa Brexit Fever merupakan wujud gugatan terhadap fenomena globalisasi dengan variasi Regional Economic Partnership seperti EU yang menggunakan Single Currency (Euro) pada 19 negara anggotanya atau Eurozone (Lihat artikel : Perdagangan dan Nilai Tukar Pasca Brexit). 

Potret EU - ASEAN - TPP

Jarak area EU dan ASEAN sangat jauh dan butuh sekitar 14 (empat belas) jam dalam penerbangan untuk mencapai kota Brussel (EU Head Quarter) dari Jakarta (ASEAN Head Quarter); tetapi cukup menarik membandingkan EU dengan ASEAN yang lahir hampir bersamaan.

Peraga-1 menggambarkan pertumbuhan ekonomi "Core Countries" (negara inti) EU.

EU Core Countries Growth - By Arnold M
EU Core Countries Growth - By Arnold M
Rerata pertumbuhan EU hanya 1,18%, di bawah pertumbuhan global, bahkan Italy mengalami pertumbuhan negatif.

Pertumbuhan ASEAN, ditambahkan dengan anggota TPP (Trans-Pacific Partnership - initial dan new member) diberikan pada Peraga-2.

Core Asean countries and TPP member growth - By Arnold M
Core Asean countries and TPP member growth - By Arnold M
Peraga-2 menunjukkan rerata pertumbuhan "Core" Asean (Phillipine, Vietnam, Indonesia, Malaysia kecuali Singapore dan Thailand) di atas rerata global dan dalam lingkungan TPP pada perangkat atas. Jika dikaji lebih dalam, 4 negara inti tersebut mewakili sekitar 75% populasi penduduk dan hampir 70% GDP (Gross Domestic Product) area ASEAN. 

Gambaran populasi dan GDP ASEAN diberikan pada Peraga-3.

Asean Population and GDP - By Arnold M
Asean Population and GDP - By Arnold M
Pada 4 Feruari 2016 di Auckland, New Zealand, 12 (dua belas) negara menandatangani pakta TPP (TPP-12). Selanjutnya enam negara; Indonesia, Phillipine, Thailand, South Korea, Taiwan, dan Columbia telah menyatakan keinginan bergabung dengan TPP (akan menjadi TPP-18). TPP-18 merupakan kolaborasi dari anggota ASEAN (7 negara), Asia Timur (3 negara). NAFTA (3 negara), negara kawasan East Asia atau Asia Timur (3 negara) dan Australia - New Zealand (2 negara).

Dengan kehadiran EU dan TPP peta perekonomian global dapat digambarkan seperti pada Peraga-5.

Global Population and GDP by Regional Economic Group - By Arnold M
Global Population and GDP by Regional Economic Group - By Arnold M
Catatan. BRICS merupakan kebersamaan dengan "ikatan longgar" negara-negara Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan South Africa.

Dari Peraga-5, terhadap global GDP TPP merupakan yang terbesar (43%) dengan populasi hampir 20%; EU (termasuk UK) dengan populasi pada kisaran 7%, GDP 22%. Dengan kondisi demikian, jika BRICS berlanjut menjadi kerjasama permanen maka negara lainnya dapat memilih bergabung dalam TPP, EU, BRICS plus atau mungkin saja lahir kerjasama regional baru.

Kerjasama Ekonomi TPP

Pemahaman akan Model Gravity dapat dilihat pada artikel : Fenomena Surplus Perdagangan dalam Model Gravity; sedangkan Core-Periphery Model (CPM) merupakan buah pemikiran dari penerima Anugerah Nobel 2008 Paul R. Krugman dalam artikel : “Increasing Returns and Economic Geography". Sejalan dengan pertumbuhan pesat pendapatan pada area perkotaan (urban), mendorong peningkatan urbanisasi (khususnya tenaga kerja). Kondisi ini berimplikasi pergeseran pusat pertumbuhan perekonomian ke area urban yang sarat industri proses dan manufacturing serta industri jasa (services).

Sementara, penduduk global yang bertambah selalu membutuhkan air, energi, dan pangan. Air (termasuk sanitasi) merupakan kebutuhan utama kehidupan manusia dalam lingkungan yang sehat; air juga merupakan kebutuhan dalam proses pembentukan energi dan penyediaan pangan. Dalam memenuhi kebutuhan akan air, energi, dan pangan, area urban membutuhkan pasokan dari area non urban atau rural. Mengadopsi CPM, Urban merupakan Core dan Rural menjadi Periphery; keduanya saling membutuhkan demi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan (prosperity).

Dalam konteks kerjasama ekonomi regional khususnya Indonesia bergabung dalam TPP, perlu memahami secara utuh kondisi perdagangan yang melibatkan anggota TPP-18. Potret perdagangan (Ekspor - Impor) Indonesia dalam lingkup TPP-18 diberikan pada Peraga-6.

indonesia-tpp-trade-share-577a6e07789773a1068b458f.jpg
indonesia-tpp-trade-share-577a6e07789773a1068b458f.jpg
Peraga-6 menunjukkan kondisi defisit terjadi dengan ASEAN dan ANZ (Australia - New Zealand); sedangkan lainnya surplus. Mengingat populasi dan GDP Indonesia terhadap ASEAN pada Peraga-3, Indonesia yang akan menjadi "target pasar" anggota ASEAN baik negara "Core" maupun "Periphery".

Dalam masa 2010-2015, trend neraca perdagangan Indonesia dan anggota TPP-18 diberikan pada Peraga-7.

indonesia-tpp-trade-balance-577a6e98d1927331168d922d.jpg
indonesia-tpp-trade-balance-577a6e98d1927331168d922d.jpg
Peraga-7 menunjukkan besarnya defisit dengan ASEAN dan ANZ (sebagai tambahan defisit juga terjadi dengan Tiongkok); sementara surplus pada perdagangan dengan EU juga UK. Defisit dengan ASEAN terjadi karena banyak transaksi perdagangan dilakukan melalui "perantara" di negara Asean terutama Singapore. Sebagai contoh, surplus Indonesia dengan USA pada Peraga-7 (berdasarkan data Bank Indonesia - SEKI) berbeda dalam jumlah yang besar jika dibandingkan dengan "USA - Indonesia Trade Balance" berdasarkan US Census Bureau. Hal ini terjadi akibat transaksi dilakukan secara tidak langsung alias via perantara.

Banyak sikap skeptis dan keraguan akan manfaat bergabung dengan TPP termasuk masalah kesiapan dunia usaha untuk bersaing. Sangat disayangkan sikap tersebut lebih banyak muncul dari pemikiran sporadis dan emosional tanpa basis "Generally Accepted Principle" seperti Model Gravity dan CPM yang dipahami secara utuh. TPP tidak mensyaratkan single currency sehingga tetap memberikan fleksibilitas untuk melakukan koreksi dalam hal perdagangan global melalui mekanisme nilai tukar. Tetapi TPP bersifat mengikat dalam hal regulasi dan tuntutan kualitas sumber daya yang mumpuni khususnya dalam sektor industri (barang dan jasa). Singapore, Malaysia, Vietnam, dan Brunei telah menandatangani pakta TPP dan akan disusul Phillipine serta Thailand. Negara-negara tersebut sudah memiliki pandangan jauh dan jangka panjang (Foresight) terhadap perekonomian global masa mendatang. Apakah Indonesia akan sekedar menjadi pelengkap alias periphery atau mengambil inisiatif dan keputusan ? 

Sikap ragu dan skeptis serta mengabaikan kerjasama ekonomi regional ala TPP tidak akan mempercepat tinggal landas tetapi justru membuat perekonomian Indonesia tertinggal di landasan. (Adopsi plesetan tamsil lama !)

Sumber data.

1. Bank Indonesia - SEKI Eksternal

2. IMF - Data Mapper

Arnold Mamesah

4 Juli 2016 - US Declaration of Independence & Jelang 1 Syawal 1437H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun