Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Moneter Mandul dalam Jebakan Likuiditas

19 April 2016   13:23 Diperbarui: 19 April 2016   16:00 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan "share" anggaran pemerintah (APBN) yang besarnya kurang dari 10% PDB (Produk Domestik Bruto), sangat diperlukan kontribusi dari sektor swasta (private). Tetapi kondisi sektor private masih belum dapat keluar dari Resesi Neraca akibat mengalami beban depresiasi nilai tukar. (Masalah Resesi Neraca ini sudah dibahas dalam artikel: Bencana Utang dan Intervensi).

Lantas mampukah anggaran pemerintah alias APBN-P 2016 menjadi "pejuang tunggal" (Single Fighter) dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3% ? Jangan bermimpi di siang hari !

Kontribusi sektor private SANGAT diperlukan. Melalui serial paket Stimulus Ekonomi (sudah mencapai 12 paket), berbagai upaya Deregulasi sudah diterbitkan ditambah dengan kebijakan insentif sehingga swasta terpacu untuk berinvestasi. Demikian juga dalam sektor pembangunan infrastruktur yang diupayakan dengan skema Public Private Partnership (KPBU: Kerjasama Pemerintah Badan Usaha).

Siklus panjang dan ketidakpastian timbul saat proses mewujudkan kerjasama dengan skema KPBU, akibat perilaku dalam birokrasi yang sulit (baca: tidak berani) mengambil keputusan termasuk menunda bahkan membatalkannya. Juga, ketidakhadiran sikap saling percaya (TRUST) yang selayaknya menjadi landasan antara pihak Pemerintah dan Swasta.

 

(*) Artikel ini bukan untuk menjawab fluktuasi atau memberikan prediksi nilai tukar!

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

19 April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun