Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Moneter Ketat Bagai Monster Masa Depan

8 Desember 2015   11:11 Diperbarui: 8 Desember 2015   11:34 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsumsi dan Investasi Domestik

Dalam tren pertumbuhan ekonomi global turun, PDB Indonesia Triwulan-III 2015 berada pada 4,73% dan menunjukkan tren naik; neraca perdagangan surplus dengan tren nilai ekspor menurun. Pada sisi lain, walaupun nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) mengalami depresiasi terhadap Dolar Amerika (USD), tren inflasi turun. Hal ini menunjukkan konsumsi tidak bergantung pada barang impor, yang tren nilainya juga turun.

Belanja pemerintah melalui APBN diperkirakan mencapai 92% dari target dengan penerimaan pajak hanya akan mencapai 85%; sementara pertumbuhan PDB Triwulan IV 2015 diproyeksikan pada kisaran 4,80-4,85%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB 2015 bergantung pada faktor konsumsi dan investasi domestik. Secara umum, PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia komponen konsumsi besarnya 58-60%, investasi 35-38%, belanja pemerintah 8-9% sedangkan ekspor atau impor dalam rentang 15 -17%.

Perlu diingat bahwa konsumsi domestik berkaitan dengan daya beli masyarakat yang ditunjang pendapatan tenaga kerja. Sehingga perlu dorongan agar kegiatan dunia usaha terus bertumbuh. Faktor utama pertumbuhan dunia usaha adalah investasi yang butuh dukungan ekspansi kredit perbankan.

Minat Investasi

Dunia usaha akan melakukan investasi apabila menjanjikan imbalan yang berarti. Faktor pemerintah sebagai stimulus kegiatan ekonomi melalui kebijakan fiskal menjadi salah satu pemacu kegiatan ekonomi. Stimulus tersebut perlu dukungan dari kebijakan moneter dalam bentuk “Easy Money” melalui “penurunan berarti” suku bunga acuan bank sentral (BI Rate) yang saat ini besarnya 7,5%. Dengan penurunan BI Rate mendorong perbankan nasional menurunkan suku bunga kredit investasi.

Memang Bank Indonesia menghadapi dilema dalam kebijakan BI Rate terutama menghadapi gejolak nilai tukar yang merupakan imbasan faktor eksternal yaitu Keputusan Kenaikan Fed Rate dan Pertumbuhan Perekonomian China. Tetapi terbukti bahwa gejolak nilai tukar IDR terhadap USD tidak menghalangi pertumbuhan PDB Indonesia.

Gambaran pertumbuhan kredit investasi perbankan sejak 2013 hingga Oktober 2015 diberikan pada Grafik-1.

Grafik-1 : Tren Pertumbuhan Kredit Investasi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun