Â
Jika dihitung, kenaikan pendapatan negara 2012 - 2013 (8%), 2013 - 2014 (7%). Tetapi memperhatikan kondisi global dan kondisi ekonomi, akan lebih sesuai jika proyeksi kenaikan 2015 dibandingkan 2014 sama dengan rerata pertumbuhan PDB triwulanan yaitu sebesar 4,72% (dari rerata 4,71%, 4,67%, 4,73%, dan estimasi 4,8% pada triwulan-4 2015). Pendapatan negara 2014 besarnya : IDR 1.537 triliun, dengan demikian proyeksi 2015 besarnya : IDR 1.610 triliun. Andaikan proyeksi tersebut meleset, setidaknya sama dengan pendapatan 2014.
Dari sisi target belanja, nilainya IDR 1,984 triliun; andakan terserap hingga 92% besarannya menjadi IDR 1.825 triliun. Dengan pendapatan negara 2015 sama dengan 2014 (IDR 1.537 triliun), ada defisit IDR 288 trilyun atau setara USD 20,9 miliar (dengan asumsi USD 1 = IDR 13,750).
Dengan pertumbuhan PDB 4,72%, dan PDB 2014 (nominal) USD 888 miliar (Sumber : IMF Data Mapper), PDB 2015 akan mencapai USD 929 miliar; sehingga defisit USD 20,9 miliar setara dengan 2,24% (ambang batas defisit anggaran 3%). Jika pendapatan negara 2015 hanya mencapai IDR 1.500 triliun, defisit anggaran akan mencapai 2,54%.
Langkah Lanjutan
Dalam kebijakan stimulus anggaran selayaknya ditunjang dengan pelonggaran moneter melalui penurunan suku bunga. Namun Bank Indonesia, sesuai dengan kewenangannya, tetap mempertahankan kebijakan suku bunga acuan sebesar 7,5%. Pada kenyataannya, dengan kondisi terebut peningkatan pertumbuhan tetap berlangsung.
Paket stimulus sudah digulirkan dan terus berkelanjutan dalam upaya mendorong sektor produksi serta mengharapkan aliran modal asing untuk berinvestasi. Dalam perluasan sektor produksi, perlu dimantapkan pilihan dan prioritas beserta tatanannya (pohon industri) agar dapat menjadi andalan untuk unggul dalam persaingan pasar global; bukan mengandalkan harga rendah tetapi keunggulan mutu dan diferensiasi. (Lihat : Inisiatif, Investasi, dan Industri Prioritas dalam Perekonomian Supply Side).
Deklarasi untuk bergabung dalam TPP atau Trans-Pacific Partnership (lihat : TPP Pilihan Cerdas) perlu menjadi perhatian dalam penyusunan strategi; dengan mempertimbangkan pendekatan saling melengkapi (complementary product) bukan bersaing antar anggota TPP. Sektor produksi tidak semata berorientasi ekspor karena 80%-85% output merupakan konsumsi domestik sehingga memerlukan penguatan. (Lihat : Eksternal Perlu Tetapi Fokus ke Domestik).
Jika dikaji secara menyeluruh akan kondisi dunia usaha serta korporasi termasuk BUMN (Badan Usaha Milik Negara), masalah Resesi Neraca yang timbul akibat depresiasi IDR terhadap USD merupakan hal yang perlu perhatian agar tidak berkepanjangan dan menimbulkan dampak yang parah. (Lihat : Insentif PPh Revaluasi Aset Solusi Keliru).
Untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, kegiatan pembangunan infrastruktur merupakan pilihan tepat karena berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan memperkuat keunggulan komparatif. Selayaknya pembangunan infrastruktur tidak harus pada skala besar (mega project) dengan biaya besar tetapi dengan mendistribusikan kegiatan pembangunannya agar sejalan dengan strategi pemerataan pembangunan.
Perekonomian dan kondisi keuangan global selalu bergejolak, penuh sentimen dan spekulasi. Mencermati indikasi positif, kondisi surplus dan defisit, serta langkah lanjutan maka tidak ada alasan untuk was-was laksanakan stimulus perekonomian.