Lantas muncul "vicious circle" alias lingkaran setan.
Nilai tukar USD terhadap Rupiah berdasarkan Bank Indonesia per 30 Oktober 2015 besarnya 13.639, sementara asumsi nilai tukar USD - Rupiah yang digunakan dalam APBN 2016 (diputuskan pada 30 Oktober 2015) besarnya 13.900. Jika ingin memenuhi tuntutan agar mata uang Rupiah kuat, maka akan timbul implikasi pada perdagangan global khususnya pada surplus perdagangan misalnya dengan USA, karena pada saat yang bersamaan juga USD trend-nya melemah. Sementara penguatan CNY tidak berdampak peningkatan ekspor ke China bahkan sebaliknya impor dari China akan meningkat dan membuat defisit perdagangan semakin besar.
Pemerintah sudah memutuskan kebijakan stimulus dan dengan demikian defisit fiskal (anggaran belanja) akan bertambah sehingga butuh tambahan utang untuk menutupi defisit. Tetapi pada sisi lain, kebijakan tersebut masih terganjal dengan sikap Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan demi mencapai target inflasi 4% (plus minus 1%). Dengan demikian, suku bunga kredit akan sulit turun terlebih kebijkan margin suku bunga perbankan masih pada kisaran 5%. Suku bunga yang tinggi (sekitar 12% - 13%) membuat dunia usaha kurang berminat untuk berinvestasi. Tanpa investasi maka pertumbuhan perekonomian akan tertekan atau rendah pada masa mendatang.
Nilai tukar Rupiah terhadap USD akan terus dipengaruhi gejolak akibat kebijakan The Fed dan keputusan IMF terhadap CNY. Tetapi masalah mata uang Rupiah menguat atau melemah terhadap USD menjadi tidak penting asalkan dunia usaha terus dapat berputar dengan dukungan kredit perbankan.Â
Â
Arnold Mamesah - Laskar Initiatives
Hari terakhir Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H