Fenomena Strong USD masih terus berlangsung terhadap mata uang utama (Euro, GB Pound - GBP, Japan Yen - JPY, dan China Renminbi CNY), dan mata uang negara lainnya yang merupakan mitra dagang Amerika (US). Jelang akhir triwulan-3 (September 2015) penguatan USD mulai melandai sejalan dengan defisit perdagangan US yang semakin membesar. Kondisi tersebut dapat dilihat pada grafik-2 berikut ini.
Sebagai perbandingan, tekanan USD terhadap nilai tukar mata uang Rupiah, Rupee (India), dan Ringgit (Malaysia) diberikan pada grafik-3 berikut ini.
Kondisi depresiasi nilai tukar terhadap USD dialami Indonesia, Malaysia dan India.
Dampak Strong USD ternyata positif bagi perekonomian seperti diberikan pada tabel berikut ini.
Dalam kondisi Strong USD, neraca perdagangan Indonesia -Â US, Indonesia surplus hingga USD 7,6 Miliar untuk Januari hingga Juli 2015. Nilai ekspor Indonesia ke USA secara rerata per bulan 12-15% dari total ekspor. Yang perlu mendapatkan perhatian, apakah kondisi surplus dengan jumlah yang signifikan tersebut dapat dipertahankan jika kemudian nilai IDR mengalami apresiasi (menguat) terhadap USD.
Deflasi Harga Komoditas dan Ekspor - Impor
Penurunan harga komoditas global dan pengaruhya terhadap nilai tukar USD - IDR diberikan pada grafik-4 berikut ini.
Â