Alasan sederhana adalah peningkatan kebutuhan (demand) USD untuk Transfer Pembayaran (Payment Transfer) atas profit atau kewajiban kepada principal, serta pemenuhan kewajiban utang korporasi (Lihat artikel : Tidak Perlu Terpaku Kurs Tukar).
Sementara dari sisi supply, surplus perdagangan dan aliran modal (FDI dan FPI) terbatas. Khususnya investasi portofolio, terjadi arus lepas saham (jual) dan surat berharga. Sementara dari sentimen eksternal, dana ditarik sebagai antisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed pada pertengahan September 2015 yang kemudian ternyata ditunda.
Jika dikaji dari trend Transaksi Berjalan (Current Account), ada hal yang menarik seperti digambarkan pada grafik-1 berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia - Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Dari pola trend, Transaksi Berjalan (CA) menuju positif (surplus) dan FDI meningkat.
Beberapa catatan sehubungan dengan peningkatan FDIÂ :
1. Pada tahap awal akan berpotensi defisit pada neraca perdagangan akibat peningkatan nilai impor barang modal.
2. Pada kemudian hari akan terjadi Peningkatan jumlah Transfer Pembayaran (misalnya untuk imbalan) yang menekan CA; kecuali "output" FDI meningkatkan ekspor atau surplus perdagangan (Balance of Trade). (Lihat : Virus Strong USD Vaksin Perekonomian Indonesia).Â
3. Pada kondisi Rupiah (IDR) menguat, akan berdampak peningkatan impor, khususnya barang konsumsi dan berpotensi menaikkan angka inflasi.
Faktor Strong USD