Mengharapkan pihak swasta menyelesaikan sendiri masalah utangnya akan membuat kerusakan yang lebih parah khususnya pada sektor produksi. Terlebih banyak perusahaan atau korporasi yang memiliki utang eksternal sudah mengalami Resesi Neraca (Balance Sheet Recession) akibat depresiasi nilai tukar yang secara rerata dalam tiga tahun besarnya sekitar 15% per tahun.
Beberapa pilihan langkah yang dapat dilakukan :
1. Refinancing Utang dan menjadikannya Utang Jangka Panjang (Long Term Debt)
2. Konversi utang menjadi saham dengan dampak berkurangnya kepemilikan
3. Pengambilalihan utang swasta (Debt Take Over) oleh pemerintah yang dilakukan melalui penerbitan utang baru jangka panjang
Seandainya salah satu atau kombinasi dari langkah dipilih, kemudian kurs tukar menguat, dampak yang timbul adalah turunnya ekspor dan defisit transaksi berjalan akan membesar serta berlanjut dan kembali pada tekanan kurs tukar.
Dengan demikian permasalahannya bukan semata pada utang tetapi pada Resesi Neraca dan langkah penyelesaiannya :
1. Dorong sektor swasta baik korporasi dan Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM) agar terus beraktivitas dan berproduksi yang didukung kebijakan ekspansi kredit perbankan dengan suku bunga pinjaman secara berkelanjutan diturunkan menjadi 10% atau di bawahnya. (Lihat penjelasan BI Rate dan suku bunga pinjaman dengan kurs tukar di atas).
2. Aktivitas sektor produksi akan menyerap tenaga kerja yang kemudian mendapatkan upah untuk konsumsi.
3. Tidak harus mengutamakan dan mengandalkan sektor produk ekspor karena 85% output nasional dikonsumsi pasar dalam negeri. Untuk mencapai target pertumbuhan PDB 5.5% dengan mengutamakan pasar dalam negeri maka tingkat pertumbuhan yang diperlukan adalah 6.4 % (didapat dari 5.5% : 0.85).
Implikasi yang timbul dengan ekspansi kredit ini adalah kenaikan inflasi. Tetapi resiko masih lebih baik daripada menanggung ongkos untuk memulihkan sektor produksi yang berhenti beraktivitas.