Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Krisis Keuangan dan Bersikap Cerdas serta Cerdik

26 Agustus 2015   15:11 Diperbarui: 28 Agustus 2015   14:42 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Informasi dengan pengolahan.

1. Trade Balance : United States Census Bureau

2. Currency Exchange : International Monetary Fund 

3. Federal Reserve, Bank of St. Louis – Trade Weighted U.S. Dollar Index : Broad 

Dari tabel dan grafik, SURPLUS dinikmati India, Malaysia, dan Indonesia pada perdagangan dengan USA. Bahkan surplus luar biasa juga dinikmati Tiongkok sebesar USD 170,77 miliar pada semester I (Januari hingga Juni) 2015. Kondisi berlawanan terjadi pada nilai tukar trio Rupee, Ringgit, dan Rupiah yang mengalami penurunan atau devaluasi terhadap USD. Seringkali hanya dilihat sisi nilai tukar tetapi kondisi SURPLUS jarang dikedepankan.

Memperhatikan grafik apresiasi nilai tukar USD terhadap mata uang mitra perdagangan dalam periode Agustus 2014 – Juli 2015 sebesar 16% dapat diprakirakan tekanan yang terjadi pada perdagangan internasional USA. Khususnya korporasi yang mengandalkan produk ekspor serta perusahaan internasional (Multi National Corporation) USA.

Pertarungan dalam perdagangan internasional untuk menghasilkan surplus dengan cara devaluasi nilai tukar, saat ini populer dengan sebutan Currency Wars.

Krisis keuangan merupakan dampak dari Currency Wars yang berlangsung panjang bersamaan dengan fenomena Deflasi (penurunan harga dalam waktu panjang) pada komoditi dan minyak mentah. (Lihat : "Spiral Deflasi" dan "Currency Wars" yang Berbuah Krisis).

Keadaan krisis ini seakan mewakili pertarungan antara Ekonomi Klasik (Conventional Economic) dan Perdagangan Internasional (International Trade) dengan Ekonomi Perilaku (Bahavior Economic) yang lebih terkait dengan perilaku pemain pada pasar keuangan (Financial Market).

Ekonomi Klasik melihat permasalahan dalam horizon waktu panjang dan solusinya tidak serta merta melalui tahapan langkah. Sedangkan dalam Behavior Economic permasalahan sering disebabkan sesat pikir dan berharap pemulihan terjadi dalam waktu singkat (instant solution).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun