Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kasih yang Tertunda (3)

2 Desember 2023   09:46 Diperbarui: 2 Desember 2023   09:58 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cintamu menyapa
Yang singgah hanyalah ombak
Memecah di lautan hati
Meninggalkan kerinduan...."

"Telaga hatiku tak lagi teduh
Amukan rindu terlalu kuat
Wahai kasih datanglah padaku
Tuk meredakan gejolak rindu ini."

****

Baca juga: Candamu Mengingati

Gubuk pemulung itu sebagai tempat tinggal untuk Isak--sementara. Ia juga tidak mengenal sosok pria (pemulung) yang telah menolongnya waktu itu karena pemulung tersebut sudah pergi sebelum Isak tersadar dari pingsannya.

Karena Isak sudah berkeliling Kota Manado mencari pekerjaan namun tidak kunjung dapat, sehingga mau tak mau Ia mengambil profesi menjadi seorang pemulung--mengikuti jejak pria tersebut.

Isak memang tidak mengenal sosok tersebut, tetapi dari tempat tinggal dan sisa-sisa sampah di sekitar gubuk itu menandakan bahwa orang yang menolongnya waktu itu adalah seorang pemulung.

Dengan keadaan terpaksa, Isak mengambil profesi tersebut dan berhasil mengumpulkan sampah--satu tumpukan. Namun sampah yang terkumpul belum sempat dijual karena belum tahu dan mau dijual kepada siapa.

Seiring berjalannya waktu, Isak harus angkat kaki dari gubuk tersebut karena lokasi tersebut pemerintah akan membangun sebuah pusat perbelanjaan, juga pantai tersebut segera direklamasi untuk pembangunan apartemen dan tempat-tempat hiburan.

Isak tidak mungkin mempertahankan gubuk tersebut sebagai tempat untuk tinggal--melawan pemerintah setempat apalagi. Lagi pula lokasi serta gubuk bukan miliknya--hanya numpang tinggal.

Baca juga: Cinta Materi

Kini Isak tidak tahu lagi mau pergi dan tinggal di mana. Sambil berjalan di atas trotoar kota Isak membayangkan kampung halamannya, juga terbayang akan senda gurau kedua orang tua-- waktu kuliah dulu ketika pulang di hari libur.

"Aku harus pulang! Tapi aku mencari uang di mana? Makan sehari saja susah, mau pikir pulang, saya dapat uang tiket dari mana coba?" dalam batin dan pikiran Isak beradu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun