Kita masih ingat diawal reformasi adanya skandal BLBI menurut perkiraan saat itu negara kehilangan 600 T. Lalu sekarang cobalah bandingkan dengan skandal raperda ini. Jika tak ketahuan oleh KPK kemungkinan negara akan kehilangan 250 T. Artinya potensi skandal ini sejak reformasi adalah nomor dua terbesar jika hal yang sama dibandingkan dengan skandal Bank Century 5 T dan Hambalang 1,6 T.
Untunglah KPK segera menangkap tangan para kaki tangannya. Pencegahan secara dini artinya telah dilakukan. Potensi kerugian negara 250 T tak jadi terwujud. Kita berterimakasih pada KPK. Karena dalam sejarah baru kali ini pencegahan dpt dilakukan dng nilai yg cukup fantasis.
Jadi wajarlah jika kita berkesimpulan bahwa skandal ini secara tak langsung telah membongkar jaringan mafia yg ikut bermain agar Ahok terjungkal dari pilgub DKI. Karena jika jaringan mereka berhasil menjungkalkan Ahok, bukan tak mungkin mereka akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 250.T.
Jadi janganlah heran jika operasi sistimatis utk menjatuhkan Ahok terus dilakukan secara rutin bahkan pola berganti. Buktinya lihat saja tulisan beberapa kompasianers tetap saja berusaha mengkait-kaitkan skandal ini agar Ahok terlibat. Dengan berbagai nalar yg setengah dipaksakan dibuat seolah ini semua karena ulah Ahok. Bila perlu cara apapun seolah harus tetap dilakukan. Karena didepan mata sudah barang tentu jika Ahok gagal raperda 5% akan segera terealisasi.
Menggagalkan Ahok demi bisnis sekelompok orang patut dicermati. Sepertinya tidak hanya sekadar tangkap tangan kepada satu dua orang. Â Tapi kalau di cermati seolah ada agenda raksasa dibalik itu semua agar Ahok gagal. Jika dia gagal maka arti merupakan peluang keuntungan yang besar bagi sekelompok orang. Tapi tidak untuk rakyat.
Maka mulai sekarang cobalah amati orang yang tak jelas juntrungnya. Tiba-tiba ikut cuap-cuap pokoknya asal bukan Ahok. Tentulah patut kita tanyakan, apakah tindakan itu artinya merupakan tanda-tanda ikutan untuk mengejar kecipratan secara tak langsung rezeki yang bernama 250 T tersebut.
Â
Semoga saja tidak...
Salam nusantara...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H