2. Dampak Ketimpangan Ekonomi di Lampung
Ketimpangan ekonomi yang terjadi di Lampung membawa berbagai dampak negatif yang mempengaruhi pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Beberapa dampak utama dari ketimpangan distribusi pendapatan adalah:
*Daya beli masyarakat yang menurun: Orang-orang dengan pendapatan rendah, terutama di daerah pedesaan, tidak memiliki daya beli yang cukup untuk menggerakkan ekonomi lokal. Ini menghambat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan memperlebar perbedaan antara orang kaya dan miskin.Â
*Ketidakmerataan pembangunan: Wilayah perkotaan (seperti Bandar Lampung) memiliki lebih banyak sumber daya, sementara daerah pedesaan memiliki lebih sedikit infrastruktur dan fasilitas publik. Ini memperburuk perbedaan antara wilayah yang berkembang dan yang tertinggal.Â
*Urbanisasi yang tidak terkendali: Urbanisasi adalah hasil dari ketimpangan yang terjadi, di mana orang dari daerah pedesaan berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota, menambah beban kota besar meskipun di desa tidak ada perkembangan yang signifikan.
*Mobilitas sosial yang rendah: Orang-orang yang tinggal di daerah dengan akses ekonomi terbatas tidak memiliki banyak kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Ini membatasi pergerakan sosial dan memperburuk ketimpangan antar-generasi.
Berdasarkan teori klasik, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan di Lampung:
1. David Ricardo
Ricardo menyatakan bahwa distribusi pendapatan dipengaruhi oleh tiga kelompok utama: pemilik tanah (rentier), kapitalis (pemilik modal), dan pekerja. David Ricardo juga berpendapat bahwa apabila distribusi faktor produksi lebih merata, maka ekonomi secara keseluruhan dapat tumbuh lebih inklusif.
Solusi yang dapat berikan dari teori klasik David Ricardo:
*Reformasi agraria dan distribusi lahan yang lebih adil: Salah satu cara untuk mengatasi ketimpangan ekonomi di sektor pertanian adalah dengan memberi petani kecil akses yang lebih besar ke lahan.Â