3. Anak ketiga:Â Tiga bulan usia kehamilan anak ketiga, aku berhenti bekerja. Kehamilan, jarak rumah dan kantor yang jauh serta drama para pengasuh membuatku memutuskan menjadi ibu rumah tangga yang 24 jam mengasuh anak.
Sebulan pertama setelah kelahiran anak ketiga, aku tidak menyusui karena kondisi kesehatanku. Kadang untuk memompa ASI pun aku tidak sanggup hingga anak ketiga diberi susu formula.
Setelah kondisi kesehatanku membaik, perlahan-lahan aku mulai menyusui dan sufornya lepas.
Walaupun di rumah bukan brarti memberi ASI itu gampang. Tetap butuh perjuangan. Menyusui di sela-sela pekerjaan rumah dan mengasuh anak sangat merepotkan. Bukan saja repot tapi juga capek. Badanpun menjadi kurus.
Kadang timbul keinginan untuk menyapih si bungsu karena sangat melelahkan. Dengan tekad yang kuat akhirnya si bungsu tetap menyusui sampai usia 26 bulan. Aku memang menyapihnya karena menurutku sudah cukup. Walaupun pengetahuan sekarang mengatakan agar membiarkan anak berhenti sendiri tapi aku memutuskan cukup 2 tahun saja hehe...
Ada kehangatan dan kebahagiaan tersendiri ketika bibir kecil itu menyusu di payudaramu, pengalaman yang indah ketika gigitannya membuatmu teriak kesakitan karena putingmu terluka, kenangan yang indah ketika dia terlelap dan perlahan melepas puting payudaramu, kenangan tak terlupakan ketika kau menenangkan dia dengan menyusuinya bahkan di keramaian.
ASI memang yang terbaik, oleh karena itu jika ibu bisa memberi ASI, berikanlah!
Pilihan ada ditangan kita orangtuanya, ASI ataupun tidak, saya yakin orangtua pasti selalu memberi yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H