Tibalah waktunya untuk turun beraksi bersama para relawan lainnya yang terbagi dalam beberapa kelompok yang telah ditugaskan untuk memungut sampah pada titik-titik atau lokasi tertentu berdasarkan hasil observasi sebelumnya.Â
Seperti kata pepatah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh aksi bersama ini menghilangkan rasa bau meski sesaat demi kembali sehatnya bumi pertiwi yang kurang mendapatkan perawatan dan perhatian dari kita manusia sebagai anaknya.
Tanggal 21 September hanya sebuah simbolik adanya sebuah kegiatan bersama, namun kegiatan untuk melestarikan semangat yang ada pada tanggal 21 September tersebut tetap harus tumbuh dan dipelihara.
Sikap tersebutlah yang berusaha saya rawat agar tidak luntur meski tak lagi ikut kegiatan yang serupa. Langkah-langkah apa adanya semaksimal mungkin saya upayakan demi menjaga lingkungan sekitar, paling tidak di lingkungan keluarga saya.Â
Sebab bukankah keluarga adalah wujud dari kepedulian dasar terhadap sesama, semisal tidak membuang sembarang hasil rautan pensil, tidak asal lempar bungkus dan permen karet, menata karton-karton bekas air mineral, mengumpulkan buku-buku bekas tanpa harus disalahgunakan dan lainnya.
Semoga tindakan sederhana tersebut dapat melukis hadirnya kembali senyuman di wajah ibu pertiwi. Saya berkeyakinan masih banyak orang-orang yang peduli akan kesehatan dan kebersihan lingkungan dan alam semesta di Indonesia.
Inilah aksiku.
Aksimu mana?
Jangan nanti pas di lain dimensi ketika ditanya, pernahkah kamu merawat ibu pertiwi?
Yang muncul hanya sikap bengong dan diam serta beribu alasan.