Kembali Poniyem mengangguk.
“Jadi sudah jelas Mbak Poni tidak memenuhi syarat lagi untuk mendapatkan BLT!”
“Pak lantai rumahku memang sudah berkeramik warna-warni bagai pelangi nyanyian agus anakku,atas pemberian orang,sepeda motorku bekas masih kucicil. Dengan keramik dan sepeda motor itu kehidupan keluargaku belum berubah,kami tetap miskin,penghasilan ku tetap kecil hanya cukup untuk makan! Tolong kartuku jangan di blokir Pak.”
“Maaf Mbak Poni. Semua keputusan ada di pusat kami hanya menjalankan tugas. Mbak Poni tanyakan saja ke kantor Badan Pusat Statistik kabupaten.”
Poniyem berdiri dari tempat duduknya.dengan rasa kecewa ia meninggalkan kantor pak Aldi tanpa permisi. Poniyem menuju tempat parkir langsung memacu Honda bebeknya dengan kecepatan tinggi. “Sontoloyo!” maki petugas parkir. Poniyem tancap gas menuju kantor kabupaten dengan memendung emosi yang hampir memecahkan batok kepalanya.
“Ada yang bisa dibantu Bu?” tanya petugas kabupaten.
Poniyem langsung menyodorkan kartu BLT kepada petugas.
“Aku tidak terima kartuku diblokir!”
Petugas mengambil arsip mengeceknya.
“Di sini tertera keterangan lantai rumah Ibu keramik,Ibu sudah memiliki sepeda motor.Jadi Ibu sudah tidak layak mendapatkan dana BLT lagi.”
“Lantai rumahku memang sudah keramik dari belas kasihan orang. Sepeda motorku bekas masih kucicil dan kami masih tetap miskin Pak! BLT itu sangat berarti bagi keluargaku untuk sekolah anak-anakku Pak,tolong jangan diblokir.”