Rencana B sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Rencana A. Tetap diperlukan pemetaan lokasi yang dianggap berbahaya. Namun setelah itu, pihak sekolah dapat menggunakan kemajuan teknologi seperti kamera pengawas (CCTV).
Menurut saya, CCTV tidak boleh dipasang sekadarnya. Harus dipasang sesuai kebutuhan dari berbagai sudut pandang, sehingga jika ada perundungan bisa nampak muka-muka jelek para pelakunya.
Tapi Rencana B membutuhkan satu atau dua orang operator yang selalu siap mengawasi dan sigap bertindak. Posisi ini harus diisi oleh orang yang punya integritas tinggi, bukan orang yang tak sabar ingin pulang kerja secepatnya.
Selain Rencana A dan B, saya menawarkan satu cara yang barangkali bisa meredam dan mengidentifikasi pelaku perundungan. Jika memungkinkan, pihak sekolah mewajibkan seluruh siswa agar mengikuti pelatihan bela diri yang difasilitasi pihak sekolah pada hari tertentu.
Pelaku perundungan biasanya pengecut, karena mereka pilih-pilih lawan (cari yang lebih lemah). Mereka tak akan suka dengan kegiatan yang menjunjung tinggi sportivitas. Para cecunguk itu besar kemungkinan tidak datang latihan.
Jika ternyata mereka datang, maka mereka akan tahu bahwa "di atas langit masih ada langit". Selain itu mereka akan belajar tentang makna rasa sakit. Rasa sakit ketika latihan bela diri merupakan simulasi dunia nyata tentang keadaan di mana rasa sakit itu tidak enak, maka janganlah menyakiti orang lain.
Untuk anak-anak murid yang terkesan lebih lemah, latihan bela diri akan menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tidak rapuh. Mike Tyson pun dulunya hanya seorang anak culun, sampai akhirnya ia menjadi juara dunia tinju ketika umurnya baru 20 tahun.
Pada dasarnya terserah saja pihak sekolah mau pakai metode apa untuk mengantisipasi terjadinya perundungan di wilayah mereka. Namun yang paling penting adalah keseriusan dan rencana yang benar.
Strategi-strategi yang sudah disepakati hendaknya diperkenalkan dalam seminar yang diikuti semua sekolah di Indonesia. Libatkan banyak pihak, mulai dari ahli psikologi, hukum, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
Saya sebagai orang yang awam soal dunia pendidikan mencoba mendalami perkataan dari Ki Hajar Dewantara berikut ini: "Dengan ilmu kita menuju kemuliaan."
Semoga anak-anak kita nanti menjadi insan berakhlak mulia dan berilmu tinggi. Bukan menjadi sekelompok orang yang gila hormat tapi selalu meremehkan orang lain. Aaammiin!