Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Petunjuk Teknis Mengantisipasi Kekerasan di Sekolah Versi Orang Awam

4 Oktober 2024   10:25 Diperbarui: 4 Oktober 2024   11:02 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay.com

Zaman saya masih TK, sudah lama sekali itu, sudah ada yang namanya perundung. Anak ini namanya "X", kurus berkulit putih. Dia suka menendang anak-anak lain di dekatnya termasuk saya. Intinya habislah satu kelas dikerjainya. Karena masih kecil sekali, saya belum paham apa yang harus dilakukan selain mengadu ke orang tua.

Masuk ke SD, tetap masih ada juga yang namanya perundung. Jumlahnya lebih banyak karena mereka bikin grup, bukan boyband karena mereka jelek. Ketika itu saya sudah bisa melawan. Saya pukul salah satu perundung dengan kursi.

Setelah insiden itu, mereka tidak mau lagi cari masalah dengan saya. Maka, menurut saya, perlawanan adalah satu dari sekian banyak solusi untuk memerangi kekerasan di sekolah antar murid. Masalahnya, tidak semua orang mampu hal yang sama. Keadaan fisik kita berbeda satu sama lain.

Saya mengutip dari artikel "Data Statistik Kasus Perundungan di Sekolah dari 2019-2023" yang ditayangkan oleh Inilah.com, di situ tertulis bahwa dari Januari sampai Agustus 2023 terjadi 16 perundungan di lingkungan sekolah. SD dan SMP menyumbang 25 persen dari total kejadian. SMA dan SMK masing-masing 18,75 persen, sementara itu Madrasah Tsanawiyah dan pondok pesantren tercatat masing-masing 6,25 persen.

Apakah ada solusinya? Jawabannya "ya" dan "tidak" tergantung kesungguhan semua pihak yang terlibat di dalam dunia pendidikan. Jika mereka menganggap remeh kasus perundungan, maka solusi hanyalah mimpi.

Saya punya beberapa gagasan yang barangkali sebenarnya sudah terpikirkan oleh semua orang. Meski begitu, izinkan saya untuk menyampaikannya kepada dunia melalui tulisan. Saya sebut "Rencana A" dan "Rencana B".

Cara melakukan Rencana A adalah dengan mengidentifikasi lokasi-lokasi (lingkungan sekolah) yang berpotensi disalahgunakan oleh oknum murid. Pihak sekolah tidak boleh memberikan "ruang bebas" kecuali mengenai hal-hal tertentu yang disepakati.

Ketika semua lokasi telah dipetakan dengan baik. Maka yang harus dilakukan setelah itu adalah agar pihak sekolah menerapkan sistem patroli keamanan yang dilakukan oleh siapa pun yang bekerja di sana. Jadwalnya dibuat acak sehingga susah ditebak.

Personel yang melakukannya juga diusahakan tidak kurang dari 5 orang, agar bisa berpencar, atau pun berpatroli secara berkelompok. Caranya bebas tergantung situasi yang paling memungkinkan.

Selain memantau keamanan di seluruh lokasi sekolah, cara ini menurut saya berguna mengantisipasi adanya bahaya lain seperti potensi kebakaran, dan sejenisnya. Ide ini muncul karena selama saya bersekolah, seakan-akan semua sudah aman ketika pagar depan sekolah ditutup, padahal kekerasan di sekolah bisa terjadi kapan pun.

Rencana B sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Rencana A. Tetap diperlukan pemetaan lokasi yang dianggap berbahaya. Namun setelah itu, pihak sekolah dapat menggunakan kemajuan teknologi seperti kamera pengawas (CCTV).

Menurut saya, CCTV tidak boleh dipasang sekadarnya. Harus dipasang sesuai kebutuhan dari berbagai sudut pandang, sehingga jika ada perundungan bisa nampak muka-muka jelek para pelakunya.

Tapi Rencana B membutuhkan satu atau dua orang operator yang selalu siap mengawasi dan sigap bertindak. Posisi ini harus diisi oleh orang yang punya integritas tinggi, bukan orang yang tak sabar ingin pulang kerja secepatnya.

Selain Rencana A dan B, saya menawarkan satu cara yang barangkali bisa meredam dan mengidentifikasi pelaku perundungan. Jika memungkinkan, pihak sekolah mewajibkan seluruh siswa agar mengikuti pelatihan bela diri yang difasilitasi pihak sekolah pada hari tertentu.

Pelaku perundungan biasanya pengecut, karena mereka pilih-pilih lawan (cari yang lebih lemah). Mereka tak akan suka dengan kegiatan yang menjunjung tinggi sportivitas. Para cecunguk itu besar kemungkinan tidak datang latihan.

Jika ternyata mereka datang, maka mereka akan tahu bahwa "di atas langit masih ada langit". Selain itu mereka akan belajar tentang makna rasa sakit. Rasa sakit ketika latihan bela diri merupakan simulasi dunia nyata tentang keadaan di mana rasa sakit itu tidak enak, maka janganlah menyakiti orang lain.

Untuk anak-anak murid yang terkesan lebih lemah, latihan bela diri akan menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tidak rapuh. Mike Tyson pun dulunya hanya seorang anak culun, sampai akhirnya ia menjadi juara dunia tinju ketika umurnya baru 20 tahun.

Pada dasarnya terserah saja pihak sekolah mau pakai metode apa untuk mengantisipasi terjadinya perundungan di wilayah mereka. Namun yang paling penting adalah keseriusan dan rencana yang benar.

Strategi-strategi yang sudah disepakati hendaknya diperkenalkan dalam seminar yang diikuti semua sekolah di Indonesia. Libatkan banyak pihak, mulai dari ahli psikologi, hukum, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.

Saya sebagai orang yang awam soal dunia pendidikan mencoba mendalami perkataan dari Ki Hajar Dewantara berikut ini: "Dengan ilmu kita menuju kemuliaan."

Semoga anak-anak kita nanti menjadi insan berakhlak mulia dan berilmu tinggi. Bukan menjadi sekelompok orang yang gila hormat tapi selalu meremehkan orang lain. Aaammiin!

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun