"Jadi bagaimana strategi Anda memenangkan pemilihan?"
"Tidak ada strategi, karena tak ada uang. Lihat saja wali kota incumbent yang mampu menerbitkan ribuan buku kisah hidupnya dalam rangka kampanye, atau kandidat lain yang punya dana untuk menguasai media sosial. Paling mahal saya hanya bisa cetak kartu nama. Tapi menang-kalah nanti tak ada hubungannya dengan misi Esperion Village dalam memerangi kejahatan di Kota Phonphon. Kami pada akhirnya menyadari bahwa teknologi seperti ini harus digunakan demi kepentingan banyak orang. Namun, kami bergerak dalam bayangan saja."
John hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal mendengar jawaban itu. Ia tak mengerti apa lagi yang bisa ditanyakan. Karena segala tentang Esperion Village terasa samar.
***
Wali Kota Phonphon yang baru telah dilantik satu hari yang lalu. Annun Nakhi, seperti yang sudah diprediksi, menempati posisi paling bontot dan mencetak sejarah pertama kalinya warga Esperion Village ikut serta dalam pemilihan kepala daerahnya.
John memohon kepada pemimpin redaksi agar tidak menugaskan dirinya menyelidiki kasus-kasus kematian para koruptor atau pelaku premanisme terhadap masyarakat. Ia menyadari investigasinya hanya menuju ke jalan buntu.
Cukup dengan melihat luka-luka dari korban, John sudah paham siapa pembunuhnya. Jika diteruskan penyelidikannya, ia tahu akan sampai di rumah seseorang.
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H