Seolah tahu ada tamu yang datang, si pemilik rumah langsung saja muncul dari balik pintu. Ia adalah seorang pria berumur 51 tahun yang hidup membujang. Annun Nakhi juga masih menjabat sebagai Kepala Desa Esperion Village selama 20 tahun. Rambutnya kebanyakan sudah memutih, namun tampak trendi dengan model cukuran rambut pompadour.
"Selamat pagi, Pak! Perkenalkan, nama saya John Brownwater yang kemarin menghubungi Anda via telepon! Saya dari Dark Sky News."
Sang kepala desa tersenyum. "Silakan masuk."
Selagi menunggu Annun Nakhi yang sedang membuatkan minuman, John memperhatikan kondisi ruang tamu. Ruangan itu sederhana saja, namun hawa sejuk yang menyelimuti membuatnya merasa begitu nyaman. Maklum, hanya ada hawa panas di Kota Phonphon kecuali sedang hujan.
Ada satu jenis benda yang menganggu keingintahuan John. Dua gagang pedang yang disandarkan di dinding, dan ditopang oleh lemari setinggi pinggang orang dewasa.
Biasanya, orang-orang memajang pedang atau jenis senjata lainnya di rumah sebagai penghargaan terhadap nenek moyang mereka. Tapi itu dalam bentuk yang lengkap, misalnya tombak, dipajanglah mulai dari tongkat dan mata tombaknya, tak pernah hanya sebagian seperti yang John saksikan.
"Apakah kau suka minuman teh manis yang dicampur daun mentol?"
John benar-benar terkejut. Ternyata Annun Nakhi sudah berdiri di belakangnya sambil membawa dua cangkir teh.
***
"Jangan terlalu formal, panggil saja saya 'Nakhi'. Jangan sebut semuanya," ujar Annun Nakhi dengan setengah tertawa.
John tersenyum, ia pikir awalnya wawancara ini akan menjadi kaku atau semacamnya. Sebelum mulai bertanya, ia menyeruput sedikit minuman teh mentol di hadapannya. Annun Nakhi dan dirinya sekarang hanya berbatas meja kayu jati berukuran kecil untuk meletakkan minuman. Mereka duduk santai.