Tahun berikutnya setelah kejadian "batang besi melayang" itu, setiap kali pohon alpukat berbuah, saya menjadi siaga.
Sejak pagi saya telah menghitung bahwa ada sepuluh biji yang siap petik. Namun ketika pulang kerja (sekitar jam 6 sore), saya lihat sudah lenyap semuanya. Tapi di depan pintu rumah tergeletak 2 buah alpukat ranum yang siap untuk disantap. Ketika saya usut, kesimpulannya adalah maling tersebut yang meletakkannya di situ. Entah sebagai upeti atau apa. Baik hati betul! Di mana lagi bisa bertemu maling model begini.
Pada lain kesempatan, ketika siap panen buah alpukatnya, saya menyisakan dua saja yang masih bergelantungan di pohon.
Mantan pacar saya sampai terheran-heran. "Kenapa disisakan dua? Belum masak, ya?"
"Sudah, kok."
"Terus?"
"Jangan tanya-tanya terus!"
Hal itu terjadi beberapa kali, saya masih menemukan dua buah alpukat tergeletak di depan pintu rumah setelah itu maling menggondol dalam jumlah yang lebih banyak.
Ketika panen pada kesempatan berikutnya, saya juga masih menyisakan dua yang bergelantungan.
Tapi tahun berikutnya (2023), pohon alpukat itu akhirnya mati tanpa saya ketahui penyebabnya, dan menandai berakhirnya hubungan yang aneh antara saya dan maling buah.
Sebuah rumor beredar pada tahun tersebut, tak jauh dari lingkungan rumah mertua saya, telah tertangkap seseorang yang diduga maling sedang berusaha mencuri buah sawo yang ditanam di dalam pekarangan seorang warga. Apakah itu dia? Entah.