Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pohon Alpukat yang Dicintai Maling

15 Juli 2024   21:08 Diperbarui: 16 Juli 2024   10:29 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Saya dan mantan pacar (istri) tersenyum ketika tahu bahwa "topik pilihan" Kompasiana adalah mengenai buah alpukat, karena ia merupakan buah favorit kami berdua.

"Jadi biasanya bagaimana memilih buah alpukat yang sudah matang? Warna? Tekstur?"

Mantan pacar saya diam sejenak, ia sepertinya mencoba mengingat sesuatu. "Tidak ... tidak seperti itu. Saya hanya memegangnya saja."

"Hah? Pegang apa?" tanya saya lagi.

"Pegang buah alpukatnya, dong! Kalau terasa agak lembut, berarti sudah layak dimakan. Jika masih keras, berarti sebaliknya."

"Semudah itu?"

Mantan pacar saya mencoba mengingat lagi selama beberapa detik. "Ya ... saya pikir itu saja."

Saya sudah lama mengonsumsi buah alpukat bukan karena manfaatnya, melainkan karena unsur rasa belaka. Namun "topik pilihan" Kompasiana yang muncul hari ini (15 Juli 2024) membuat saya penasaran.

Dalam artikel "9 Health Benefit of Avocados" yang ditayangkan health.com, tanggal 4 Oktober 2023, disebutkan alpukat memiliki fungsi mempertahankan rasa kenyang dalam waktu lebih lama, membantu mempertahankan berat badan ideal, membantu agar jantung lebih sehat, mencegah komplikasi diabetes, memiliki nutrisi yang baik untuk kesehatan, membantu menjaga kesehatan pencernaan, memperkuat fungsi otak, menjaga kesehatan mata, memiliki zat anti kanker.

Baru tahu saya kalau buah alpukat memiliki kandungan dan fungsi yang baik untuk kesehatan manusia, dan barangkali saya termasuk orang yang beruntung karena sering memakannya tanpa membeli.

Mertua saya memelihara satu pohon alpukat yang lumayan sering berbuah. Sayangnya pohon tersebut berada di seberang rumah, tepi jalan, sehingga beberapa orang menganggapnya "milik bersama".

Seperti saya yang suka mengonsumsi buah alpukat, pohon tersebut juga menarik perhatian maling.

Di Kota Pontianak, selain logam bekas, plastik, kawat tembaga, dan sejenisnya, buah alpukat dan mangga termasuk komoditas yang paling laku di pasaran.

Maka pemilik pohon buah-buahan di kota ini sudah sewajarnya meningkatkan kewaspadaan ketika musim buah tiba.

Di lingkungan pergaulan, sejak tahun 2021, saya mulai mendengar pencurian buah-buahan semakin intens ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Secara pribadi, bunga bougenville dan buah (pisang di kebun) yang ditanam oleh bapak, pernah dicuri orang ketika saya masih kecil. Kalau tidak salah, sekitar tahun 1992. Jadi pencurian buah ini bukan hal baru di Kota Pontianak.

Ketika judi online mulai populer di sini, sekitar pertengahan 2021 kalau saya tidak salah, pencurian buah, sepatu, dan begal mulai sering terjadi di Kota Pontianak.

Benda yang menjadi target pencuri semisal tabung gas, beras karungan, rokok, buah-buahan, dan alas kaki. Intinya benda-benda yang mudah dikonversi jadi duit.

Jadilah pada akhirnya pohon alpukat di seberang rumah mertua saya menjadi pemandangan paling mencolok bagi kami yang memilikinya dan maling yang mengincarnya.

Pernah pada suatu masa, maling berhasil menggondol habis buah alpukat di pohon tersebut. Hal itu membuat saya darah saya membara.

Sampai suatu saat maling tersebut tertangkap basah, dan hampir terkena batang besi yang saya ayunkan ke kepalanya. Tapi ia masih beruntung dan sanggup kabur. Larinya cepat sekali. Sayang sebenarnya ia memilih jadi maling padahal mampu bersaing di olimpiade pada cabang atletik.

Tahun berikutnya setelah kejadian "batang besi melayang" itu, setiap kali pohon alpukat berbuah, saya menjadi siaga.

Sejak pagi saya telah menghitung bahwa ada sepuluh biji yang siap petik. Namun ketika pulang kerja (sekitar jam 6 sore), saya lihat sudah lenyap semuanya. Tapi di depan pintu rumah tergeletak 2 buah alpukat ranum yang siap untuk disantap. Ketika saya usut, kesimpulannya adalah maling tersebut yang meletakkannya di situ. Entah sebagai upeti atau apa. Baik hati betul! Di mana lagi bisa bertemu maling model begini.

Pada lain kesempatan, ketika siap panen buah alpukatnya, saya menyisakan dua saja yang masih bergelantungan di pohon.

Mantan pacar saya sampai terheran-heran. "Kenapa disisakan dua? Belum masak, ya?"

"Sudah, kok."

"Terus?"

"Jangan tanya-tanya terus!"

Hal itu terjadi beberapa kali, saya masih menemukan dua buah alpukat tergeletak di depan pintu rumah setelah itu maling menggondol dalam jumlah yang lebih banyak.

Ketika panen pada kesempatan berikutnya, saya juga masih menyisakan dua yang bergelantungan.

Tapi tahun berikutnya (2023), pohon alpukat itu akhirnya mati tanpa saya ketahui penyebabnya, dan menandai berakhirnya hubungan yang aneh antara saya dan maling buah.

Sebuah rumor beredar pada tahun tersebut, tak jauh dari lingkungan rumah mertua saya, telah tertangkap seseorang yang diduga maling sedang berusaha mencuri buah sawo yang ditanam di dalam pekarangan seorang warga. Apakah itu dia? Entah.

Saya menyisakan dua alpukat di pohon dengan harapan bahwa jika dijual, harganya tak seberapa, dan bisa ia nikmati saja bersama keluarga. Tapi masih misteri kenapa ia menyisakan saya dua. Setidaknya saya bisa dapat bagian 80 persen dari keseluruhan, sisanya saya anggap upah pemetikan.

Apa pun alasannya, pencurian adalah kejahatan, baik besar maupun kecil.

Sekarang, setiap kali minum jus buah alpukat bersama anak-anak, saya berharap maling buah tersebut sudah kembali ke jalan yang benar dan bisa menikmati waktunya bersama keluarga tercinta.

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun