Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Dari Panggung ke TikTok, Ikhtiar Seorang Pemusik Pontianak Mengekalkan Nada

25 Desember 2023   14:20 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:57 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @angga_panca_wijaya

"Zaman kuliah dulu, tahun dua ribu lima, saya sudah main di kafe-kafe. Bayarannya untuk satu orang (format band) sekitar tujuh puluh ribu rupiah. Makan-minum gratis," kenang Bang Angga sembari memandangi langit malam di atas kami.

Kala itu, saya ngobrol santai dengan beliau sekitar jam 1 (satu) malam waktu Kota Pontianak. Maklum kami kan tetangga, jadi kalau ada waktu kosong pasti nongkrong bersama.

Seperti saya dan bapak-bapak lainnya di dunia ini, ternyata pada tahun 2023, intensitas hobi atau kesukaan seringkali harus tunduk kepada bentuk rutinitas yang mengepulkan dapur. Begitu pula Bang Angga, ia sudah jarang tampil bermusik seperti pada masa ketika ia masih prima.

Namun ia mengakui bahwa kalau bicara soal "angka", ia akan memilih untuk tampil di acara-acara pernikahan, karena uang yang dibawa pulang lebih besar. Mulai dari Rp350.000-Rp500.000/orang (format band).

Tapi kalau bicara soal "jiwa", Bang Angga lebih leluasa bermain di kafe, karena ia bisa membawakan warna musik miliknya sendiri. Berbeda dengan acara pernikahan yang harus sesuai tema atau permintaan dari pihak keluarga mempelai.

Sekarang ini, karena kesibukannya sebagai pengusaha kuliner, Bang Angga menyalurkan hobinya di TikTok (@angga_pancawijaya). Ia memilih media sosial tersebut karena dianggap lebih mudah berinteraksi dengan orang-orang dari luar pulau, dan fitur-fiturnya lebih mudah digunakan.

"Biasanya tampil jam berapa, Bang?" tanya saya penasaran.

"Kalau pagi jam sembilan sampai jam sebelas. Kalau malam mulai jam delapan sampai jam sepuluh," jawab Bang Angga.

Bang Angga lebih memilih lagu-lagu dari tahun sembilan puluhan, karena ia beranjak dewasa bersama tembang-tembang dari era tersebut. Menurutnya penjiwaan dalam bernyanyi lebih mudah bermanifestasi jika lebih sering didengar dan diulang.

Pada masa sekarang, secara pribadi ia menyayangkan pemusik di Kota Pontianak kekurangan wadah sehingga pergerakan dan perjuangan insan musik terkesan sporadis, meski jumlah pemusiknya semakin bertambah.

Bang Angga mendambakan suatu hari, Kota Pontianak memiliki tempat untuk seluruh pemusik agar bisa bersatu padu dan saling mendukung, tidak berdiri sendiri. Apalagi tempat seperti ini bisa digunakan pemusik kawakan untuk berbagi pengalaman, dan agar tidak putus komunikasi antar generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun