Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tamatlah Riwayat Sastrawan

9 Agustus 2022   09:10 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:14 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tamat memandang Varlo dengan tatapan bingung.

***

Melalui jaringan internet, toko buku, dan kios-kios penjualan koran, Tamat mempromosikan serta menitipkan buku kumpulan cerpen-nya yang berjudul "Tamatlah Riwayat Sastrawan".

Ia juga berusaha menawarkan buku-buku tersebut kepada kawan-kawan-nya, namun yang terjadi adalah Tamat mendapatkan dukungan moral saja, namun tidak dengan transaksi komersial.

Ketika Tamat mencoba menjual bukunya kepada sesama penulis, hal yang terjadi adalah ia malah ditawari membeli karya rekan-nya tersebut.

Hari-hari pun terlewati begitu saja tanpa perubahan berarti. Buku Tamat memang ada yang beli, sejumlah teman-nya yang merasa kasihan saja.

Anehnya, pembeli-pembeli itu berada di luar lingkaran sastra Ponville, murni orang awam yang kasihan kepada sang penulis.

Sementara itu, insan sastra Ponville tak lebih dari kumpulan manusia yang memuji dirinya sendiri.

Oleh karena urusan perut tak bisa ditunda, Tamat mencari pekerjaan lain. Ia melamar sebagai staf urusan sastra di Pusat Kajian Sastra Ponville.

Beruntung ia diterima, dan bertekad akan meningkatkan muruah pegiat sastra di daerahnya. Tamat mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan yang lebih tinggi dalam rangka menambah kompetensi-nya di bidang terkait.

Berjalan waktu, Tamat memang hanyalah manusia biasa, dan merupakan orang kebanyakan. Gaji, uang tunjangan yang bermacam-macam, kursi yang empuk, dan kehidupan yang mapan, telah menjadikan gelora ideologi berubah sepi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun