Mata Eko seolah-olah bergelimang cahaya emas, sebab ia sedang memandangi Sungai Kapuas yang sedang memantulkan senja.
Esok, pria dua puluh delapan tahun itu harus rela berpisah selamanya dengan sang pujaan hati. Ia berniat bersedih sepuasnya di Alun-Alun Kapuas, tempatnya pertama kali bertemu dengan Erna, seorang perempuan bermata sipit yang lebih indah daripada senja, dan lebih menyegarkan daripada pagi.
Eko berusaha menyusun strategi agar Erna gagal pergi ke Negeri Matador, menyusul seluruh keluarganya yang pergi duluan.
Takut ditangkap penegak hukum, maka ia mengurungkan niatnya untuk menyekap Erna. Mengancam akan bunuh diri, Erna tahu betul bahwa Eko takut mati, rencana seperti itu tak akan berhasil. Menangis sambil berguling-guling, gengsinya terlalu tinggi. Eko mati akal.
Langit nyaris gelap ketika Eko teringat tentang mitos air Sungai Kapuas: "Barang siapa meminum air Sungai Kapuas, meski pergi jauh entah ke mana, ia akan kembali lagi ke Kalimantan Barat." Semua orang kelahiran tanah ini pasti tahu kalimat itu, kalau tidak ... artinya ia adalah orang Pontianak yang terkontaminasi Mobile Legend atau PUBG.
Tanpa perlu banyak persiapan, lelaki yang hidungnya mancung seperti paruh burung beo itu segera menyelam ke dasar sungai dengan harapan mendapatkan air kualitas terbaik.
Tak disangka, ia melihat dan merasakan banyak hal ketika menyelam. Selain kumpulan sampah dari oknum tak bertanggung jawab dan buaya-buaya kecil, Eko melihat makhluk aneh, seperti ular besar. Kalau disebut mau disebut "naga", hewan tersebut sementara ini belum ada bukti, sama seperti mitos "air Sungai Kapuas" yang sedang dikejarnya itu.
Puake, begitu penduduk asli Pontianak menyebutnya, hewan mitologi lokal yang eksis lewat penuturan orang-orang tua zaman dahulu. Katanya, ekor makhluk tersebut ada di muara Sungai Sekayam, sementara kepalanya di daerah Pancur Aji. Panjang luar biasa!
Meski terdengar menyeramkan, tiada menyurutkan semangat Eko mengambil tuah Sungai Kapuas. Dilewatinya saja makhluk besar tersebut. Semakin dalam menyelam, nafasnya habis.
***
"Bangun!"
Suara itu menggelegar. Eko terbelalak, terkejut. Seorang lelaki tua yang umurnya tak bisa ditebak lagi sudah berdiri di depannya.
Mengenakan jubah hitam-hitam, pria itu mirip Batman pensiun.
"Siapa kau?" tanya Eko ketakutan. Ia mengamati di sekitarnya tak ada apa pun kecuali gelap yang lebih pekat daripada malam.
Seakan pertanyaan Eko tidak penting, Sang "Batman" justru bertanya lagi, "Untuk apa kau menyelam sedalam ini?"
"Demi cintaku! Aku berharap ia kembali suatu hari!" jawab Eko tegas. Kali ini tanpa rasa takut lagi. Cinta memang bisa membuat orang berani ... atau bodoh.
Sang "Batman" seolah menarik nafas dalam-dalam, tatapan matanya sedang menaksir orang di depannya itu bodoh atau sangat bodoh. "Panjang sangat Sungai Kapuas ini, tapi manusia tetap pendek akalnya!"
Eko tertunduk malu.
"Apakah kau tetap menginginkan kekasihmu kembali nanti?"
Eko mengangguk cepat seperti anjing menanti tulang dari majikannya.
"Tapi percayalah, kau akan mengalami kekecewaan yang amat berat. Bagaimana?"
"Tak masalah asalkan ia kembali!"
"Baiklah!" Sang "Batman" menepuk kening Eko. Pria malang tersebut hilang kesadaran lagi.
***
Perlahan Eko membuka matanya. Tersadarlah ia sedang terbaring di tengah Alun-Alun Kapuas dengan pakaian basah kuyup. Di dekat tangan kanan-nya, berdiri tegak sebotol air Sungai Kapuas berwarna keruh yang diyakininya telah terberkati mantra-mantra sakti.
"Oke!" kata Eko percaya diri. Dipeluknya botol itu bak pusaka kesayangan.
***
Terjadi juga perpisahan yang tak pernah diharapkan. Mengenakan baju kaus warna merah dan celana jeans, Erna tampak lebih anggun ketimbang pesawat-pesawat mahal yang bolak-balik sedari pukul enam pagi tadi.
Bandar Udara Supadio sejak ia berdiri, telah mempertemukan banyak orang, begitu pula sebaliknya, perpisahan bukan barang langka di tempat ini.
Eko dan Erna memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Mereka bersenda gurau, berciuman, menangis, dan terdiam bersama. Tak lupa Eko menawarkan minuman ajaib yang sudah dicampur dengan sedikit sirop.
"Minumlah,"---Eko menyerahkan sebotol minuman---"niscaya kamu akan kembali ke Pontianak."
Dengan wajah terheran-heran Erna meminumnya tanpa curiga sedikit pun. Eko tersenyum.
***
Pesawat yang ditumpangi Erna hampir tertelan langit biru Pontianak. Tiada air mata. Eko yakin Erna akan kembali ke Pontianak meski entah kapan.
Belum jauh ia melangkah dari Bandar Udara Supadio, terdengar kabar bahwa satu pesawat akan mendarat darurat. Segera Eko memeriksa informasi tersebut. Benar saja, itu adalah pesawat yang dinaiki Erna!
Eko benar-benar tak menyangka bahwa akan secepat ini Erna kembali. Manjur betul kekuatan dari air Sungai Kapuas.
***
"Jadi apa penyebabnya, Dok?"
"Diare ekstrem. Sepertinya Nona Erna meminum air yang berkualitas buruk," kata Pak Dokter yang menangani Erna. Si Cantik itu sedang terbaring lemah di ruang kesehatan.
Eko bengong, baru ia sadari ternyata bukan kekuatan apa pun, melainkan bakteri shigella dan salmonella yang mengembalikan Erna ke daratan ini. Dia kembali untuk pergi lagi. Menyakitkan.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H