"Baiklah!" Sang "Batman" menepuk kening Eko. Pria malang tersebut hilang kesadaran lagi.
***
Perlahan Eko membuka matanya. Tersadarlah ia sedang terbaring di tengah Alun-Alun Kapuas dengan pakaian basah kuyup. Di dekat tangan kanan-nya, berdiri tegak sebotol air Sungai Kapuas berwarna keruh yang diyakininya telah terberkati mantra-mantra sakti.
"Oke!" kata Eko percaya diri. Dipeluknya botol itu bak pusaka kesayangan.
***
Terjadi juga perpisahan yang tak pernah diharapkan. Mengenakan baju kaus warna merah dan celana jeans, Erna tampak lebih anggun ketimbang pesawat-pesawat mahal yang bolak-balik sedari pukul enam pagi tadi.
Bandar Udara Supadio sejak ia berdiri, telah mempertemukan banyak orang, begitu pula sebaliknya, perpisahan bukan barang langka di tempat ini.
Eko dan Erna memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Mereka bersenda gurau, berciuman, menangis, dan terdiam bersama. Tak lupa Eko menawarkan minuman ajaib yang sudah dicampur dengan sedikit sirop.
"Minumlah,"---Eko menyerahkan sebotol minuman---"niscaya kamu akan kembali ke Pontianak."
Dengan wajah terheran-heran Erna meminumnya tanpa curiga sedikit pun. Eko tersenyum.
***