Saat ku SMS calon istriku pesan tak terkirim lalu lewat sambungan telpon pun tak diangkat hanya terdengar dari suara dari operator "Nomor yang ada  panggil sedang tidak aktip," berkali kali ku telpon dan berkali-kali juga suara operator dengan jawaban yang sama.
Sedikit perasaan panik karena hanya no calon istriku yang kumiliki, pada saat itu aku blum memiliki kontak calon mertuaku sendiri.
Lalau aku pun berdiskusi dengan kedua orang tuaku, lalu kami putuskan untuk berangkat. Ternyata ada juga sanak saudara yang mengatarku walau tak banyak. tapi cukup syarat untuk di katakan 'Seuseurahan'
Perjalan dari rumah Renom ke rumah Nurlela itu tak jauh, pakai mobil paling sekitar 10 menit.
Tak lama kemudian aku pun sampai ke rumah Nurlela, tak lama aku semua yang ada di mobil turun. Tiga menit aku turun, belom ada tanda-tanda sambutan dari keluarga Nurlela.
Hampir lima menit lewat menunggu, terlihat dari kejauhan lelaki setengah baya menghampiri aku dan keluargaku dan berkata "pagi benar," sambil menebar senyum. Blom siap paling 10 menit lagi, lanjut dia lalu menjelaskan keadaan calon istriku yang belom siap. Karena masih dandan dan ini itu.
Setelah 10 menit menunggu, sambutan pun datang, aku langsung bersiap bagaikan pangeran yang kesiangan aku di gandeng kedua orang tuaku. Lalu aku berhadapan dengan mertuaku karena dialah yang menjeputku.
Dag,, dig,, dug,, der,, jantungku hampir copot. Tapi boong,, Â saat berhadapan dengan mertuaku maklum jarang ketemu..
Lalu aku digiring ke kamar bagaikan, sekali lagi, Pangeran yang kesiangan. Disitu terlihat ibu-ibu setengah baya 'perias' lalu dia meyuruhku untuk mengganti bajuku dengan baju pengantin.
Namun, begitu naas saat ku pakai pakean pengantin itu, gede banget aku seperti dimakan baju. Maklum aku begitu ceking dan kurus, pendek pula. Ya sudahlan yang penting jadi kawin tak usah hiraukan penampilan.