Iya, Budprom yang menyongsong bola hingga keluar jauh dari petak enam belas, melakukan setidaknya dua pelanggaran fatal. Yang pertama menjatuhkan Van Toan yang berpotensi untuk mencetak gol.Â
Tak hanya itu, Budprom juga pada akhirnya memegang bola diluar area yang diperbolehkan bagi seorang kiper. Namun anehnya, sang wasit hanya menghadiahi kartu kuning bagi pelanggaran sefatal itu. Sebuah dagelan yang orang awam pun sukar untuk memahaminya.
Jika dirunut lebih ke belakang lagi, sejatinya buruknya kepemimpinan wasit tak hanya terjadi di fase-fase akhir ini saja. sebelumnya, tim Filipina juga mengalami hal yang sama ketika bersua dengan Thailand. bahkan, pelatih The Azkals secara terang benderang menyatakan, wasit yang menjadi kambing hitam dari tersingkirnya mereka dari gelaran.
Pertarungan babak semifinal akan kembali digelar besok dengan pertemuan kedua antara Indonesia dan Singapura. Jika masih saja diwarnai dengan keputusan kontroversial bernafaskan dagelan, sudah sepatutnya AFF mulai memikirkan penggunaan VAR untuk laga puncak nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H