Kejuaraan tertinggi bidang sepak bola di Kawasan Asia Tenggara, Piala AFF telah memasuki fase empat besar. Indonesia dan Vietnam yang menjadi wakil dari grup B, dijadwalkan berjibaku dengan Thailand dan Singapura yang menjadi wakil grup A untuk memperebutkan dua slot di partai puncak.Â
Namun sayangnya, hingga memasuki separuh akhir perlawanan, ajang prestisius di Kawasan Asia Tenggara ini ternodai dengan kepemimpinan wasit yang mengundang kernyitan di dahi karena keputusan kontroversial yang dilakukan.
Sebelumnya, pada laga semifinal pertama yang mempertemukan Indonesia dengan Singapura, pengadil asal Korea Selatan, Kim Hee-gon memberikan banyak keputusan yang debatable.Â
Dimulai dari pemberian kartu yang tak setara (seharusnya kartu merah tapi justru diberi kartu kuning karena pelanggaran keras yang dilakukan), hingga tidak adanya penalty bagi Indonesia ketika Ricky Kambuaya dijegal di kotak enam belas oleh pemain tuan rumah, mewarnai laga yang berkesudahan 1-1 tersebut.
Bahkan sebelumnya, ketika pertandingan pamungkas yang melibatkan Indonesia dan Malaysia, wasit Ammar Ebrahim Mahfoodh asal Bahrain juga menjadi cibiran warganet karena keputusan kontroversial yang dilakukannya selama pertandingan berjalan.Â
Pada pertarungan derby Asia Tenggara yang berkesudahan 4-1 untuk kemenangan Indonesia tersebut, wasit Ammar Ebrahim sempat membuat pelatih dan juga official timnas Indonesia menjadi berang karena keputusannya yang menguntungkan Malaysia.Â
Pelanggaran terhadap Ramai Rumakiek yang berpotensi penalty dan juga kepada Pratama Arhan, dianggap sebagai angin lalu meskipun terjadi tepat di depan matanya.
Dagelan keputusan wasit di Piala AFF 2020 berlanjut pada pertandingan semifinal pertama antara Vietnam dan Thailand. selain tak memberikan hukuman penalty karena handball, pelatih Saoud Ali Al Adba asal Qatar terlihat sekali memberikan privilege kepada Thailand.Â
Selain memberikan hadiah penalty kepada Thailand yang sangat debatable (bahkan tak layak), wasit Ali Al Adba juga memberikan berbagai keuntungan bagi tim Gajah Perang.
Namun, tak hanya sampai disana kontroversi yang ditunjukkan oleh sang wasit. Pada menit 43 (mungkin ini bisa disebut sebagai puncak dagelan dari sang wasit), pengadil asal Qatar tersebut hanya memberikan kartu kuning untuk pelanggaran fatal yang dilakukan oleh kiper Thailand, Chatchai Budprom.Â
Iya, Budprom yang menyongsong bola hingga keluar jauh dari petak enam belas, melakukan setidaknya dua pelanggaran fatal. Yang pertama menjatuhkan Van Toan yang berpotensi untuk mencetak gol.Â
Tak hanya itu, Budprom juga pada akhirnya memegang bola diluar area yang diperbolehkan bagi seorang kiper. Namun anehnya, sang wasit hanya menghadiahi kartu kuning bagi pelanggaran sefatal itu. Sebuah dagelan yang orang awam pun sukar untuk memahaminya.
Jika dirunut lebih ke belakang lagi, sejatinya buruknya kepemimpinan wasit tak hanya terjadi di fase-fase akhir ini saja. sebelumnya, tim Filipina juga mengalami hal yang sama ketika bersua dengan Thailand. bahkan, pelatih The Azkals secara terang benderang menyatakan, wasit yang menjadi kambing hitam dari tersingkirnya mereka dari gelaran.
Pertarungan babak semifinal akan kembali digelar besok dengan pertemuan kedua antara Indonesia dan Singapura. Jika masih saja diwarnai dengan keputusan kontroversial bernafaskan dagelan, sudah sepatutnya AFF mulai memikirkan penggunaan VAR untuk laga puncak nanti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI