Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

4 Prinsip Sukses Berbisnis ala Suami Saya

20 Juni 2020   21:08 Diperbarui: 20 Juni 2020   21:12 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya bidang bahasa arab paling diminatinya dari bidang yang lain. Suami saya sedang belajar cara membaca kitab kuning. Sembari belajar, beliau mengajar. Dengan ilmu-ilmu dasar yang beliau kuasai, ngajar online cukup untuk membiayai kebutuhan hidup kami. Bagi suami saya, ngajar nahwu shorof bukan sekedar bisnis, tapi tentang kepuasan berbagi ilmu alat, yang dibutuhkan untuk mendalami Islam.

4. Jangan terlibat dalam sektor ekonomi non riil apapun itu, aktif sepenuhnya di sektor riil

dok. pribadi
dok. pribadi

Barangkali ini prinsip yang terbilang langka. Hanya segelintir orang yang berpikir demikian. Sebab rahasia keperkasaan sistem ekonomi kapitalis hari ini terletak pada sektor ekonomi non riil. Hampir semua usaha besar berhubungan dengan sektor non riil atau pasar keuangan. Bagi mereka yang lihai bermain di sektor non riil, maka berpeluang menjadi pengusaha besar atau milyarder.

Namun kita memahami bahwa sektor non riil identik dengan riba yang dilarang oleh Islam. Meski dilabeli dengan kata syariah, bila didalami tetap saja bidang tersebut tak luput dari riba. Pegawai bank syariah sendiri mengaku merasakan bahwa bank syariah tak ada bedanya dengan bank konvensional.

Sebagai muslim, kita bukan hanya ingin kaya, tapi juga ingin hidup berkah. Maka dalam hal bisnis dan investasi, suami saya berupaya hanya berada di sektor riil. Jual jara atau barang riil. Beli emas, tanah, bikin rumah kontrakan atau kos-kos-an mungkin ke depannya. Karena ketenangan jauh lebih berharga daripada sekedar kesenangan.

Ini pilihan hidup kami. Barangkali ada pelajaran yang bisa diambil. Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah membaca tulisan saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun