Mohon tunggu...
ARLINA ZEGA
ARLINA ZEGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

investasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Logical Fallacy Dalam Membuat Keputusan

9 Juni 2024   23:20 Diperbarui: 9 Juni 2024   23:36 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahaya Logical Fallacy dalam Membuat Keputusan

Logical fallacy, atau kekeliruan logika, adalah kesalahan dalam penalaran yang sering kali tampak meyakinkan tetapi sebenarnya cacat. Ketika logical fallacy digunakan dalam pengambilan keputusan, hal ini dapat mengarah pada kesimpulan yang salah dan keputusan yang buruk. Memahami dan mengidentifikasi logical fallacy adalah penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada penalaran yang kuat dan bukti yang valid. Berikut adalah beberapa logical fallacy yang umum dan bahaya yang terkait dengannya dalam pengambilan keputusan:

 1. Ad Hominem (Serangan Terhadap Pribadi)

Penjelasan : Ad hominem terjadi ketika seseorang menyerang karakter atau motivasi lawan daripada menghadapi argumen yang mereka sampaikan.

Bahaya : Ini dapat mengalihkan perhatian dari isu sebenarnya dan membuat keputusan berdasarkan opini atau emosi pribadi terhadap seseorang, bukan berdasarkan argumen yang rasional.

Contoh : Menolak saran seorang karyawan dengan alasan bahwa karyawan tersebut pernah membuat kesalahan di masa lalu, tanpa mempertimbangkan validitas saran yang diajukan.

 2. Appeal to Authority (Bandwagon)

Penjelasan : Appeal to authority terjadi ketika seseorang berargumen bahwa sesuatu harus benar karena dikatakan oleh seseorang yang dianggap sebagai otoritas atau ahli.

Bahaya : Keputusan dapat dibuat tanpa melakukan penilaian kritis terhadap bukti atau argumen yang mendasari klaim tersebut, hanya karena seseorang yang dianggap ahli mendukungnya.

Contoh : Mengadopsi strategi bisnis tertentu hanya karena seorang pemimpin industri terkenal mendukungnya, tanpa menilai apakah strategi tersebut cocok untuk situasi spesifik perusahaan.

3. False Dichotomy (Dilema Palsu)

Penjelasan : False dichotomy terjadi ketika sebuah argumen menyajikan dua pilihan sebagai satu-satunya opsi yang mungkin, padahal sebenarnya ada lebih banyak opsi yang tersedia.

Bahaya : Ini dapat membatasi pandangan dan mengarah pada keputusan yang salah karena tidak mempertimbangkan semua alternatif yang mungkin.

Contoh : Mengatakan bahwa perusahaan harus memilih antara memotong biaya atau bangkrut, padahal ada opsi lain seperti mencari investasi baru atau memperluas pasar.

 4. Straw Man (Manusia Jerami)

Penjelasan : Straw man terjadi ketika seseorang menyederhanakan atau mendistorsi argumen lawan untuk membuatnya lebih mudah diserang.

Bahaya : Ini dapat mengarah pada keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang salah atau tidak lengkap tentang argumen atau situasi.

Contoh : Menolak ide untuk meningkatkan investasi dalam R&D dengan alasan bahwa lawan hanya ingin membuang-buang uang, padahal sebenarnya argumen lawan lebih kompleks dan mempertimbangkan manfaat jangka panjang.

 5. Post Hoc Ergo Propter Hoc (Setelah Ini, Maka Karena Ini)

Penjelasan : Logical fallacy ini terjadi ketika seseorang mengasumsikan bahwa karena satu peristiwa terjadi setelah yang lain, maka yang pertama adalah penyebab dari yang kedua.

Bahaya : Ini dapat mengarah pada keputusan yang salah karena menghubungkan dua kejadian yang tidak memiliki hubungan sebab-akibat yang valid.

Contoh : Mengklaim bahwa penjualan meningkat karena perubahan dalam strategi pemasaran, tanpa mengevaluasi faktor-faktor lain yang mungkin juga berkontribusi pada peningkatan tersebut.

 6. Hasty Generalization (Generalization yang Terburu-buru)

Penjelasan : Hasty generalization terjadi ketika seseorang membuat kesimpulan umum berdasarkan sampel yang terlalu kecil atau bukti yang tidak memadai.

Bahaya : Ini dapat menyebabkan keputusan yang tidak akurat dan kebijakan yang tidak efektif karena didasarkan pada data yang tidak representatif.

Contoh : Menganggap bahwa semua pelanggan tidak menyukai produk baru karena beberapa umpan balik negatif awal, padahal survei yang lebih luas belum dilakukan.

 7. Circular Reasoning (Alasan Melingkar)

Penjelasan : Circular reasoning terjadi ketika argumen berputar-putar dan kesimpulannya digunakan sebagai premis.

Bahaya : Ini dapat menghambat pemikiran kritis dan evaluasi yang tepat karena argumen tidak memberikan bukti nyata atau logis.

Contoh : Mengatakan bahwa "kita harus mempekerjakan dia karena dia adalah kandidat terbaik" tanpa memberikan bukti atau kriteria yang mendukung klaim tersebut.

Mengatasi Logical Fallacy dalam Pengambilan Keputusan

1. Edukasi dan Pelatihan : Mendidik pengambil keputusan tentang berbagai jenis logical fallacy dan bagaimana mengidentifikasinya.
2. Evaluasi Kritis : Mendorong evaluasi kritis terhadap semua argumen dan bukti sebelum membuat keputusan.
3. Pengumpulan Data yang Valid : Mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan dan valid untuk mendukung keputusan.
4. Konsultasi dengan Berbagai Pihak : Melibatkan berbagai perspektif dan ahli untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif dan mengurangi bias.
5. Proses Pengambilan Keputusan yang Sistematis : Mengikuti proses yang terstruktur dan sistematis untuk memastikan bahwa semua aspek telah dipertimbangkan dengan baik.

Dengan memahami dan menghindari logical fallacy, pengambil keputusan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil dan mengurangi risiko kesalahan yang dapat berdampak negatif. Keputusan yang didasarkan pada penalaran yang kuat dan bukti yang valid cenderung menghasilkan hasil yang lebih baik dan berkelanjutan. Kejelasan dalam berpikir dan ketelitian dalam mengevaluasi argumen adalah kunci untuk pengambilan keputusan yang efektif dan bertanggung jawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun