Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... -

Kutipan Favorit: DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.Pdt.I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tank Leopard, Kasus Papua Dan Harga Diri Bangsa

21 Januari 2012   15:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:36 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga Diri

Pelanggaran HAM yang terjadi merupakan kewajiban semua pihak untuk memantau dan mendorong agar ada penyelesaiannya. Tapi, jangan tiba-tiba meledak hanya disaat ada kepentingan bisnis peralatan militer kayak sekarang ini. Atau isu pelanggaran HAM di suarakan seketika ada proyek ekonomi internasional yang terganjal. Sebagai negara demokrasi yang menjunjung tinggi HAM, Indonesia mestinya menyelesaikan kasus kekerasan sendiri tanpa harus menunggu tagihan negara-negara lain, ini menyangkut harga diri sebuah bangsa.

Pernyataan P V V Belanda maupun retorika SBY yang sama-sama menekankan masalah Papua membuktikan bahwa sampai kapanpun, isu Papua tetap hangat dan dijadikan alat saling menggertak semata. Papua Merdeka di suarakan oleh rakyat Papua bukan untuk di jarah menjadi alat politik dagang antar negara. Tetapi lebih pada perjuangan harkat dan martabat orang Papua sebagai manusia yang sama di muka bumi.

Kekayaan alam Papua dijarah untuk pemasok ekonomi dunia, sekarang isu Papua menjadi alat politik taktis kepentingan negara-negara tertentu. Indonesia sebagai negara yang diserahi mengurus Papua juga hanya mau tegas soal Papua bila ada kepentingan tertentu yang mendesak. Harga diri sebagai sebuah bangsa di pertaruhkan. Bangsa Papua merasa salah berada dalam NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun