Tepukan Gustaf di pundak kananku membuyarkan lamunan masa kecilku dan perihal kepergian ibu.
Aku berdiri tanpa menoleh pada Gustaf. Ku sentuh pusara ibu berkali-kali. “Ibu, terima kasih untuk cintamu. Akan ku kirim lantunan ayat-ayat suci sebanyak mungkin untukmu. Semoga bisa membuat perjalananmu kepadaNya menjadi mudah. Tidurlah ibu”
Kutinggalkan ibu dalam pembaringannya. Biarlah Tuhan saja yang kini menjaganya, seperti ibu dulu menjagaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!