Mohon tunggu...
Arkan Arbiansyah
Arkan Arbiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Bahasa dalam Komunikasi Non Verbal

12 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 12 Januari 2024   22:03 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstract  

Non-verbal communication, as a communication process that does not involve words, is an important element in the dynamics of human interaction. This research aims to dig deeper into how language, in the form of gestures, facial expressions and body posture, is used in everyday non-verbal communication. By using a qualitative approach, this research gained in-depth insight into variations in the use of non-verbal language.

This research contributes to further understanding of the complexity of non-verbal language, providing a rich view of how humans use these elements in communication. With a deeper understanding of the use of language in non-verbal communication, it is hoped that it can help increase awareness and interpersonal communication skills, as well as stimulate further development of concepts and theories in this field.

Keywords : Non-verbal communication, non-verbal language

Abstrak  

Komunikasi non-verbal, sebagai suatu proses komunikasi yang tidak melibatkan kata-kata, menjadi elemen penting dalam dinamika interaksi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana bahasa, dalam bentuk gestur, ekspresi wajah, dan postur tubuh, digunakan dalam komunikasi non-verbal sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif penelitian ini memperoleh wawasan mendalam tentang variasi penggunaan bahasa non-verbal.

Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman lebih lanjut tentang kompleksitas bahasa non-verbal, memberikan pandangan yang kaya tentang bagaimana manusia menggunakan elemen ini dalam berkomunikasi. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan bahasa dalam komunikasi non-verbal, diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan keterampilan komunikasi interpersonal, serta merangsang pengembangan konsep dan teori lebih lanjut dalam bidang ini.

Kata Kunci : komunikasi non-verbal, bahasa non-verbal

PENDAHULUAN 

Dalam kegiatan menyampaikan informasi dan pesan, seringkali yang terpenting bukan apa yang dikatakan, tetapi bagaimana cara mengatakannya. Bahasa yang berupa bunyi (verbal) tak jarang tidak mampu menjangkau maksud sesungguhnya dari penutur. Pada titik inilah, bahasa tubuh, gerak tubuh, kontak mata, dan jarak fisik, membantu untuk tersampaikannya suatu informasi dan pesan kepada penerimanya. Dengan kata lain, bahasa nonverbal memegang kunci penting dalam keberhasilan informasi dan pesan tersampaikan. Hal ini berhubungan dengan fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi paling utama. Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi yang tidak menggunakan lambang verbal atau isyarat yang bukan kata, baik lisan maupun tulisan (Yusuf, 2021.). Komunikasi ini mencakup semua rangsangan non-verbal dalam seluruh konteks komunikasi oleh seseorang dan mempunyai nilai pesan bagi pengirim dan penerima pesan. Sementara itu menurut Hariyanto (2021.) komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh dari komunikasi non-verbal adalah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya.

Latar belakang penggunaan bahasa non-verbal dapat ditemukan dalam evolusi manusia, di mana kemampuan membaca dan memahami ekspresi wajah, gestur, dan bahasa tubuh lainnya menjadi kunci untuk bertahan hidup dan berinteraksi secara efektif. Manusia secara alami menggunakan bahasa non-verbal untuk menyampaikan emosi, menyampaikan status sosial, menunjukkan keinginan atau ketidaknyamanan, dan berkomunikasi secara lebih luas dalam konteks sosial.

Penggunaan bahasa non-verbal dalam komunikasi memiliki peran yang sangat signifikan dalam menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Ekspresi wajah, gerakan tubuh, postur, dan bahasa tubuh secara keseluruhan dapat memberikan nuansa dan konteks tambahan pada pesan verbal yang disampaikan. Sebagai contoh, senyuman dapat menunjukkan kegembiraan atau persetujuan, sementara ekspresi wajah yang tegang dapat menandakan kekhawatiran atau ketidaksetujuan. Gerakan tangan dan postur tubuh juga dapat menguatkan atau meredam makna kata-kata yang diucapkan. Selain itu, kontak mata bisa menjadi indikator kejujuran, kepercayaan, atau bahkan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, pemahaman yang baik terhadap bahasa non-verbal dapat membantu menghindari miskomunikasi, meningkatkan kedalaman pesan, dan menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan autentik. Dengan memahami betapa pentingnya bahasa non-verbal, kita dapat meningkatkan keterampilan komunikasi kita untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dan memperkuat hubungan interpersonal.

Oleh karena itu saya memilih "Penggunaan Bahasa dalam Komunikasi Non-Verbal" adalah untuk menyoroti keberagaman aspek bahasa non-verbal dan pentingnya pemahaman akan cara manusia menyampaikan pesan tanpa kata. Dengan singkat, judul tersebut mencerminkan keluasan ruang lingkup topik, dan hubungan/kaitannya dalam pemahaman komunikasi manusia sehari-hari.

                                           

KAJIAN TEORI

Komunikasi  nonverbal  adalah  komunikasi  yang  pesannya  dikemas  dalam bentuk  tanpa  kata-kata.  Dalam  hidup  nyata  komunikasi  nonverbal    jauh    lebih banyak  dipakai  daripada  komuniasi  verbal.  Dalam  berkomunikasi  hampir  secara otomatis  komunikasi  nonverbal  ikut  terpakai.  Karena  itu,  komunakasi  nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan. Nonverbal  juga  bisa  diartikan  sebagai  tindakan-tindakan  manusia  yang secara  sengaja  dikirimkan  dan  diinterpretasikan  seperti  tujuannya  dan  memiliki potensi  akan  adanya  umpan  balik (feed  back) dari  penerimanya. Dalam  arti  lain, setiap  bentuk  komunikasi  tanpa  menggunakan  lambang-lambang  verbal  seperti kata-kata, baik dalam bentuk percakapan maupun tulisan. Komunikasi non verbal dapat berupa lambang-lambang seperti gesture, warna, mimik wajah dll.

Komunikasi   nonverbal   (nonverbal   communicarion)   menempati   porsi penting.  Banyak  komunikasi  verbal  tidak  efektif  hanya  karena    komunikatornya tidak menggunakan komunikasi nonverbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui   komunikasi   nonverbal,   orang   bisa   mengambil   suatu   kesimpulan mengenai  suatu  kesimpulan  tentang  berbagai  macam perasaan orang, baik rasa senang, benci,  cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara. Beberapa contoh komunikasi nonverbal: a. Sentuhan, Sentuhan   dapat   termasuk:   bersalaman,   menggenggam   tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.

b. Gerakan  Tubuh, Dalam  komunikasi  nonverbal,  kinesik  atau  gerakan  tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya  digunakan  untuk  menggantikan  suatu  kata  atau  frase,  misalnya mengangguk  untuk  mengatakan  ya;  untuk  mengilustrasikan  atau  menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan.

c. Vokalik, Vokalik  atauparalanguage  adalah  unsur  nonverbal  dalam  suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemah-nya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, danlain-lain.

d. Kronemik, Kronemik  adalah  bidang  yang  mempelajari  penggunaan  waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas  yang  dianggap  patut  dilakukan  dalam  jangka  waktu  tertentu,  serta  ketepatan waktu (punctuality).

Leathers  (1976)  menyimpulkan  penelitian-penelitian  tentang  wajah  sebagai berikut:

a. Wajah  mengkomunikasikan  penilaian  dengan  ekspresi  senang  dan taksenang,  yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek peneli-tiannya baik atau buruk;

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak ber-minat  pada  orang  lain  atau  lingkungan; 

c. Wajah  mengkomunikasikan inten-sitas keterlibatan dalam situasi-situasi;

d.Wajah mengkomunikasikan  tingkat pengendalian  individu  terhadap  pernyataan  sendiri;  dan  wajah  barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurangpengertian.

Barata (dalam Karyaningsih, 2018.) mengungkapkan bahwa komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang diungkapkan lewat objek di setiap kategori lainnya (the object language), yang meliputi komunikasi menggunakan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), serta komunikasi melalui tindakan atau gerakan tubuh (action language). Karyaningsih (2018) berpendapat bahwa komunikasi non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, nada suara, dsb. Dengan lebih sederhana namun mengena, Samsinar & Rusnali (2017.) menyatakan bahwa komunikasi non-verbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata. 

Fenomena menarik dari komuniksi non-verbal ini dapat ditemukan pada penelitian Albert Mahrabian (dalam Samsinar & Rusnali, 2017.) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% berasal dari vokal suara, dan 55% berasal dari ekspresi muka. Artinya, komunikasi non-verbal memiliki tingkat kepercayaan yang jauh lebih tinggi dari komunikasi verbal. Dengan demikian, komunikasi non-verbal merupakan instrumen penting dalam praktik komunikasi.

Jurgen Ruesch (Karyaningsih, 2018.) mengklasifikasikan isyarat non-verbal menjadi tiga bagian, yakni sebagai berikut.

  1.  Bahasa tanda (Sign language)
    Contohnya adalah acungan jempol untuk menumpang mobi; secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu, dsb.
  2. Bahasa tindakan (Action language)
    Meliputi semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan.
  3. Bahasa objek (object language)
    Contohnya meliputi pertunjukan benda, pakaian, dan lambing (hiasan telinga).

 

Sementara itu, menurut Hariyanto (2021.) dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode non-verbal dapat dikelompokkan dalam berbagai bentuk yang di antaranya adalah sebagai berikut.

 

1. Kinesis

Kinesis adalah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan dapat dibedakan atas lima macam meliputi:

  1. Emblems, adalah syarat yang punya arti langsung pada symbol yang dibuat oleh berakan badan;
  2. Illustrator, adalah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu obyek yang dibicarakan;
  3. Affect displays, adalah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum, dsb. Hampir semua bangsa di dunia melihat perilaku ini;
  4. Regulators, adalah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala;
  5. Adaptory, adalah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. misalnya mengerutu.

2. Gerakan Mata (eyes gaze)

Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa kata. Ungkapan "pandangan mata mengundang" atau lirikan matanya memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata. Bahwa ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan isi hati seseorang.

Kontak mata merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.

3. Sentuhan

Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

  1. Kinesthetic,
    adalah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
  2. Sosiofugal,
    adalah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul.
  3. Thermal,
    merupakan adalah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim.

4. Paralanguage                        

Paralanguage adalah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan. Suatu kesalahpahaman seringkali terjadi kalau komunikasi berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang tekanan besar bisa di salah artikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski menurut kata hatinya tidak demikian.

5. Diam

Diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negatif, tetapi juga melambangkan sikap positif. Diam adalah perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan oleh orang-orang yang bersikap netral dan mau aman.

6. Postur Tubuh dan gaya berjalan

Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya Pada tubuh yang bertipe ectomorphy (kurus tinggi) dilambangkan orang yang memiliki sikap yang ambisi, pintar, kritis, dan sedikit cemas. Jika mesomorphy (tegap, yinggi & atletis) dilambangkan sebagai pribadi yang cerdas, bersahabat, aktif dan kompetitif. Jika endomorphy (pendek, bulat dan gemuk) digambarka sebagai pribadi yang humoris, santai, dan cerdik.

7. Kedekatan dan Ruang (proximity and spatial)

Proximity adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua obyek yang mengandung arti. Proximity dapat dibedakan atas teritory atau zone. Edward T Hall (1959) membagi kedekaatan menurut teritory atas empat macam, yakni:

  1. Wilayah intim (rahasia), yaitu kedekatan yang berjarak antara 3-18 inchi.
  2. Wilayah pribadi, yaitu kedekatan yang berjarak antara 18 inchi hingga 4 kaki.
  3. Wilayah social, yaitu kedekatan yang berjarak antara 4-12 kaki.
  4. Wilayah umum, yaitu kedekatan yang berjarak antara 4-12 kaki.

8. Artefak dan Visualisasi

Artefak adalah kerajinan manusia (seni), baik yang melekat pada diri manusia maupun yang ditunjukkan untuk kepentingan umum dan artifak juga dapat menunjukkan status atau identitas seseorang. Misalnya bju, perhiasan dsb.

9. Warna

Warna juga memberi arti terhadap suatu obyek. j. Waktu. Bahwa waktu sangat penting bagi orang yang ingin maju, waktu memiliki arti tersendiri dalam kehidupan manusia.

10. Sound (Suara)

Apabila paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, maka banyak bunyi-bunyian yang dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat digolongkan sebagai paralanguage. Misalnya bersiul, bertepuk tangan dsb. Bunyi-bunyian seperti ini dimaksudkan untuk mengatasi jarak yang jauh dan menyatakan perintah untuk kelompok orang yang banyak. Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

11. Bau

Selain digunakan sebagai status seperti kosmetik, bau juga digunakan sebagai petunjuk arah. Misalnya bau bangkai bisa diindikasikan adanya mayat.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Yakni penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dikomparasikan dengan teori yang ada. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya dan berinteraksi dengan mereka. Pendekatan kualitatif dianggap sesuai dalam penelitian ini dengan alasan sebagai berikut:

  • Menjelaskan dan menggambarkan fenomena penggunaan bahasa non-verbal secara mendalam.
  • Memanfaatkan pendekatan kualitatif untuk memahami konteks dan makna di balik interaksi non-verbal.

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono menyatakan bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan,pada filsafat postposotivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan di atas, penelitian dapat dilakukan dengan berkomunikasi langsung dengan subjek yang diteliti serta dapat mengamati.

HASIL PENELITIAN

Gerakan nonverbal tidak semua dapat disebut sebagai bahasa nonverbal. Hanya gerakan nonverbal yang sengaja dimaksud untuk mengungkapkan makna dapat disebut sebagai bahasa nonverbal. Hal ini sejalan dengan yang dimaksud oleh  Krauss & Chawla bahwa bahasa nonverbal harus memenuhi dua syarat, yaitu (a) gerakan itu harus dikaitkan dengan beberapa makna semantik, dan (b) hubungan gerakan itu harus dapat dipahami oleh mitra tutur (Krauss dkk., 1996).  

Jika dikaitkan dengan teori-teori bahasa nonverbal yang dikemukakan oleh para ahli pragmatik maupun ahli komunikasi, kajian bahasa nonverbal masih harus ditelusur lebih jauh lagi. Terutama, bahasa nonverbal statis yang berkaitan dengan status social. Di samping itu, beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan belum banyak dikaji oleh para ahli adalah aspek bahasa nonverbal yang berdiri sendiri, seperti (a) bagi anak kecil yang sedang dalam proses pemerolehan bahasa, (b) bahasa nonverbal orang dewasa yang sama-sama tidak menguasai bahasa verbal mereka, (c) bahasa nonverbal yang memiliki perbedaan latar belakang budaya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mehrabian (dalam Goman, 2008: 26), ternyata bahwa hanya 7% hasil komunikasi ditentukan oleh penggunaan kata-kata. Pemahaman pesan 38% berdasarkan pada nada suara, dan 55% berdasarkan pada ekspresi wajah, gerak tangan, posisi tubuh, dan bentuk-bentuk komunikasi nonverbal lain. Jadi, dalam konteks face to face communication, penggunaan kata-kata sebagai bahasa verbal tidak banyak menjamin keberhasilan kegiatan berkomunikasi, justru penggunaan nada suara dan bahasa tubuh sebagai bahasa nonverbal dan aspek nonverbal lainnya yang banyak membantu. Dengan demikian, bahasa nonverbal berperan penting dalam suksesnya komunikasi verbal, terlebih dalam komunikasi langsung. Yang juga perlu dikemukakan di sini sebagai penutup tulisan ini bahwa bahasa nonverbal itu diciptakan oleh kebudayaan yang dihasilkan dari kesepakatan atas interaksi keseharian, terlepas apakah itu sesuai dengan realitas atau tidak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bahasa non-verbal memegang peran sentral dalam dinamika komunikasi manusia. Gestur, ekspresi wajah, dan postur tubuh bukan hanya melengkapi pesan verbal, tetapi juga memberikan dimensi tambahan pada interaksi interpersonal. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa non-verbal tidak universal; sebaliknya, ia dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelompok usia, budaya, dan gender, menyoroti pentingnya memahami konteks sosial dalam interpretasi. Implikasi budaya yang kompleks ini menandai peran pentingnya sensitivitas terhadap perbedaan budaya dalam mencegah miskomunikasi. Kesimpulan penelitian ini merangsang kesadaran akan kekayaan bahasa non-verbal dalam menyampaikan emosi, intensitas pesan, dan nuansa yang seringkali terabaikan dalam komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman terhadap bahasa non-verbal dapat memberikan kontribusi pada perbaikan keterampilan komunikasi interpersonal, menghindari penafsiran yang salah, dan memperkuat hubungan sosial dengan lebih autentik.

 

REFERENSI

Karyaningsih, P. D. (2018). Ilmu Komunikasi

https://serupa.id/komunikasi-non-verbal-pengertian-klasifikasi-fungsi-tujuan-dsb/

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32442/3/Bahasa%20Komunikasi%20Nonverbal%20~%20Moch.%20Syarif.pdf

https://repository.usd.ac.id/36051/1/5653_KHUSUS%2BLUARAN%2BDIUNGGAH%2BKE%2BSIA.pdf

Leathers  (1976) 

Samsinar & Rusnali (2017)

Sugiyono (2019)

Hariyanto (2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun